digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ni Wayan Yamuna Kanika
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kalimantan Tengah, khususnya di Kota Palangka Raya, telah mempengaruhi kualitas udara di daerah sekitarnya. Salah satu dampak dari kebakaran hutan dan lahan adalah timbulnya kabut asap yang kemudian mempengaruhi penurunan kualitas udara di Kota Palangka Raya menjadi status tidak sehat dan berbahaya. Tercatat bahwa polusi udara partikulat PM2.5 kota Palangkaraya, mencapai 20 kali ambang batas yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Parameter meteorologi, seperti suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan angin, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap difusi cepat, pengenceran, dan akumulasi polusi PM2.5 di atmosfer Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sebaran titik panas serta bagaimana kondisi parameter meteorologisnya saat terjadi kasus konsentrasi ekstrem PM2.5 di Palangka Raya pada September 2019. Data konsentrasi PM2.5 didapatkan dari data reanalisis MERRA-2, data titik panas sepanjang September 2019 didapatkan melalui FIRMS, parameter meteorologi yang digunakan pada penelitian ini adalah temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan kestabilan atmosfer yang diwakilkan oleh profil vertikal temperature potensial virtual, periode dan tanggal sampel digunakan untuk mendapatkan kondisi kondisi prakonsentrasi ekstrem, konsentrasi ekstrem, dan pascakonsentrasi ekstrem. Periode konsentrasi ekstrem ditunjukkan dengan nilai peningkatan jumlah hotspot yang kemudian disertai dengan peningkatan konsentrasi partikulat PM2.5 yang mencapai titik konsentrasi puncak. Saat konsentrasi PM2.5 memuncak teramati kenaikan jumlah titik panas berturut-turut selama 4 hari, kondisi stabilitas atmosfer stabil sehingga partikel polutan PM2.5 sulit terdispersi dan berdampak pada naiknya konsentrasi PM2.5. Kecepatan angin menyentuh angka paling rendah pada saat periode konsentrasi ekstrem dibandingkan periode lainnya.