Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang terdiri dari biji, rambut,
daun, batang, dan tongkol yang masing-masing dapat dimanfaatkan menjadi biproduk
bernilai tinggi. Saat ini salah satu bagian dari tanaman jagung yaitu tongkol belum
dimanfaatkan secara optimal. Tongkol jagung merupakan salah satu limbah pertanian
tanaman jagung yang dihasilkan dalam jumlah besar sehingga limbah ini melimpah
dan mudah didapatkan. Tongkol jagung mengandung komponen selulosa sebesar 45%;
hemiselulosa sebesar 35%; dan lignin sebesar 15%. Kandungan lignoselulosa tersebut
dapat dikonversi menjadi berbagai macam asam organik, salah satunya adalah asam
humat yang bisa didapatkan melalui proses fermentasi substrat padat menggunakan
kultur jamur Trichoderma reesei dengan variasi waktu perlakuan awal hydrothermal
selama 30, 45, dan 60 menit. Perlakuan awal hydrothermal ini digunakan untuk
memecah lignoselulosa menjadi selulosa, hemiselulosa, dan lignin agar lebih mudah
dikonversi saat proses fermentasi karena memiliki struktur yang lebih sederhana.
Trichoderma reesei dipilih karena memiliki kemampuan memecah lignoselulosa dan
meningkatkan pembentukan asam organik seperti asam humat dalam waktu yang
relatif singkat. Pada penelitian ini, proses fermentasi dilakukan selama 35 hari di ruang
tertutup dan minim cahaya agar mikroorganisme yang digunakan dapat bekerja dengan
baik. Pengambilan data dilakukan setiap 7 hari sekali untuk menentukan kadar masingmasing komponen lignoselulosa dan asam humat yang terdapat pada tongkol jagung.
Setelah proses fermentasi berlangsung, diketahui bahwa terjadi penurunan kadar
hemiselulosa sebesar 20-26%; selulosa sebesar 14-19%; dan lignin sebesar 21-25%.
Sementara itu, kadar asam humat terus meningkat hingga mencapai sebesar 4.5-5.3%
pada hari ke-35. Pada penelitian ini dilakukan juga analisis korelasi secara statistik
dimana hasil yang didapat menayatakan bahwa proses fermentasi berpengaruh secara
nyata terhadap degradasi lignoselulosa dan sintesis asam humat