digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Aghnat Farizi
PUBLIC Alice Diniarti

Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 1,17% yang tercatat pada tahun 2022. Hal ini berdampak pada kapasitas fasilitas umum yang harus disediakan seperti kebutuhan akan rumah sakit untuk menunjang kesehatan masyarakat. Pembangunan rumah sakit terus dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta sehingga akses menuju rumah sakit menjadi lebih mudah. Dalam pembangunan sebuah rumah sakit, salah satu aspek perancangan yang perlu diperhatikan adalah perancangan sistem tata udara. Hal ini bertujuan untuk memberikan percepatan penyembuhan, keselamatan, dan kenyamanan kepada pasien, tenaga medis dan pengunjung rumah sakit. Perancangan sistem tata udara rumah sakit ini meliputi estimasi beban pendinginan, pemilihan spesifikasi peralatan yang digunakan, gambar sistem tata udara, perhitungan konsumsi energi listrik, dan perhitungan aspek ekonomi. Hasil akhir dari perancangan sistem tata udara ini bertujuan untuk mendapatkan nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan/atau Life Cycle Cost (LCC) yang kompetitif. Pada rumah sakit ini, beban pendinginan maksimum yang terjadi sebesar 437 kW atau sekitar 125 TR dengan luas area yang dikondisikan sebesar 2997,43 m2. Pilihan rancangan sistem tata udara ada lima alternatif dengan menggunakan chiller tanpa/dengan variable speed drive (VSD) dan mesin variable refrigerant flow (VRF) yang meliputi sistem sentral menggunakan chiller 127 TR non VSD debit konstan; chiller 125 TR VSD debit berubah; chiller 2×66 TR non VSD debit konstan; chiller 2×66 TR non VSD debit berubah; dan sistem VRF. Sistem tata udara menggunakan mesin VRF memiliki nilai IKE terkecil diantara alternatif sistem lainnya sebesar 130 kWh/m2/tahun. Nilai LCC untuk sistem alternatif dengan mesin VRF yang dipilih ini untuk periode 10 tahun adalah sebesar Rp7.797.093.702,30 dan untuk periode 20 tahun sebesar Rp11.865.919.303,35.