Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) pada tahun 2021, dunia
saat ini sedang menuju kepada perubahan paradigma transportasi menuju
kendaraan listrik. Perubahan pradigma tersebut merupakan langkah penting dalam
mencapai netralitas karbon dan membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5°C
pada tahun 2050. Kereta rel listrik (KRL) merupakan salah satu solusi paling
efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. KRL yang dikenal hemat energi,
masih memiliki konsumsi listrik yang besar jika dikumulatifkan dalam satu tahun.
Salah satu koridor yang mendapat perhatian khusus adalah koridor Tangerang-
Duri dengan konsumsi energi traksi sebesar 7.199.044 kWh atau sekitar
Rp3.477.138.224 per tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi pengereman
regeneratif KRL di koridor Tangerang-Duri berbasis penjadwalan dengan
menggunakan metode optimasi Genetic Algorithm (GA). Genetic Algorithm
dipilih karena kemampuannya dalam menemukan solusi global optimal dan
memiliki kemampuan yang baik terhadap permasalahan yang kompleks.
Penelitian ini diawali dengan pembuatan model matematik untuk menghitung
konsumsi energi traksi dan pemanfaatan energi pengereman regeneratif secara
akurat. Kemudian model tersebut divalidasi untuk menentukan apakah model
yang dibuat baik dan dapat diterima atau tidak. Hasil validasi dinilai memuaskan
dan menunjukkan selisih relatif kecil antara konsumi energi traksi hasil
perhitungan menggunakan model yang dibuat dan konsumsi energi aktual yaitu
sebesar 2,88%.
Model matematik yang telah divalidasi tersebut kemudian digunakan sebagai
fungsi tujuan dalam tahap optimasi. Beberapa skenario optimasi diajukan untuk
mengevaluasi berbagai pendekatan dalam pengurangan konsumsi energi traksi.
Hasil optimasi dari Skenario 3 menunjukkan penurunan konsumsi energi traksi
paling tinggi sebesar 51,74% (11.522,26 kWh/hari), namun membutuhkan
penambahan 11 trainset kereta untuk mengimplementasikannya. Skenario 4
menunjukkan bahwa pemindahan titik switching airsection ke titik stasiun
memiliki pengaruh terhadap konsumsi total energi traksi dengan penurunan konsumsi energi traksi sebesar 0,04% dibandingkan Skenario 1. Skenario 2
terbukti menjadi skenario terbaik karena paling relevan untuk diterapkan dalam
kondisi saat ini. Skenario 2 mampu mengurangi konsumsi energi traksi sebesar
6,25% (1.391,36 kWh/hari) atau dapat menghemat biaya operasional sebesar Rp
241.929.676 per tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa optimasi
penjadwalan operasional KRL dengan memanfaatkan energi pengereman
regeneratif dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengurangan konsumsi
energi dan biaya operasional, serta mendukung upaya global dalam mitigasi
perubahan iklim.