Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditas perkebunan yang tingkat ekspornya
terus meningkat setidaknya 3% per tahun. Indonesia menjadi salah satu penghasil kakao
terbesar di dunia, dimana Kementerian Pertanian Indonesia mencatat bahwa hingga pada
tahun 2022 produksi kakao mencapai 706 ribu ton, dimana 20,11% diantaranya
diproduksi dari provinsi Sulawesi Tengah. Seiring terjadinya perubahan iklim dan pasca
peningkatan frekuensi gempa di Sulawesi Tengah, produksi kakao mengalami penurunan
rata-rata sebesar -0,16% per tahun hingga 2026. PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) dapat menjadi solusi untuk meningkatkan struktur hara tanah di
perkebunan kakao, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kakao. PGPR
merupakan kelompok bakteri tanah yang dapat berperan sebagai agen biokontrol dan
sebagai sumber pengayaan hara tanaman, terutama nitrogen, fosfor, dan kalium, sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman. Adapun struktur komunitas
mikroba pada rhizosfer secara horizontal akan berbeda mengingat dipengaruhi struktur
perakaran tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Membandingkan profil mikroba
PGPR pada tanah perkebunan kakao secara horizontal (0 cm, 30 cm, 60 cm, dan 90 cm
dari perakaran utama); serta (2) Mengkarakterisasi mikroba PGPR potensial sebagai
solusi dalam memperbaiki kondisi tanah perkebunan kakao di Sulawesi Tengah.
Dilakukan enumerasi dan isolasi bakteri fastidious dengan Nutrient Agar (NA) diinkubasi
pada suhu 25°C selama 24-36 jam; bakteri non-fastidious dengan Reasoner's 2A Agar
(R2A) pada suhu 25°C selama 3-5 hari; serta bakteri pemfiksasi nitrogen dengan
Mannitol Free Nitrogen Agar (MFN) pada suhu 25°C selama 7 hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelimpahan bakteri fastidious pada titik 0 cm, 30 cm, 60 cm, dan 90
cm secara berturut-turut dalam CFU/gr adalah 5.53×106, 2.31×107, 1.54×107, dan
2.76×106; bakteri non-fastidious sebanyak 3.60×106, 1.22×107, 9.38×106, dan 3.42×105;
serta bakteri pemfikasi nitrogen sebanyak 9.70×105, 1.02×106, 1.87×106, 1.12×106.
Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon (H’) diketahui bahwa komunitas mikroba
dengan keanekaragaman tinggi ditemukan pada 60 cm (H’=3,45), 30 cm (H’=3,33), 90
(H’=3.20) cm; serta pada titik 0 cm (H’=2,83) termasuk dalam indeks keanekaragaman
sedang. Sedangkan untuk indeks dominansi (D) pada 0cm (D=0,09), 30 cm (D=0,06), 90
cm (D=0,05), dan 60 cm (D=0,04) dikategorikan sebagai indeks dominansi rendah.
Diperoleh 24 isolat bakteri fastidious, 28 isolat bakteri non-fastidious, dan 4 isolat bakteri
pemfiksasi nitrogen. Isolat tersebut diidentifikasi kemampuannya dalam produksi
selulase, melarutkan fosfat, fikasasi nitrogen, dan produksi Indole Acetic Acid (IAA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 isolat bakteri fastidious, 18 bakteri non fastidious, dan 2 isolat bakteri pemfikasi N memiliki aktivitas selulotik; 10 isolat bakteri
fastidious, 14 bakteri non-fastidious, dan 2 isolat bakteri pemfikasi N memiliki aktivitas
pelarut fosfat; 3 isolat bakteri fastidious, 5 bakteri non-fastidious, dan 3 isolat bakteri
pemfikasi N memiliki aktivitas fiksasi nitrogen; serta 2 isolat bakteri fastidious dapat
memproduksi IAA. Dari keempat uji tersebut diketahui bahwa isolat N20 (bakteri
fastidious) menjadi isolat paling berpotensi menjadi PGPR karena menghasilkan hasil
positif pada keempat uji screening PGPR.