digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Puti Rabia Adawiya
PUBLIC Alice Diniarti

Kakao (Theobroma cacao L.) adalah komoditas penting dalam ekonomi negara, digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, dan kosmetika. Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam produksi biji kakao dengan Sulawesi Tengah merupakan wilayah sentra produksi utama. Pada tahun 2005-2019 terjadi peningkatan rata-rata nilai ekspor kakao Indonesia sekitar 6.52% dan peningkatan rata-rata volume ekspor kakao sebesar 0,93%. Dampak perubahan iklim dan bencana alam yang terjadi di Provinsi Sulawesi menyebabkan terjadinya perubahan kondisi lahan pertanian dan hama penyakit meningkat sehingga menyebabkan kematian pada tanaman. Hal ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki tanah khususnya dengan keberadaan rhizobakteri. Rhizobakteri atau kerap disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan kelompok bakteri menguntungkan yang secara aktif mengkolonisasi tanah rhizosfer dan bekerja sebagai pemacu tumbuh tanaman dengan memiliki kemampuan sebagai penyedia hara disebabkan oleh kemampuannya dalam melarutkan mineral-mineral dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk menjaga keberlanjutan ekosistem tanah. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan profil rhizobakteri secara vertikal dari rhizosfer pohon kakao kedalaman tanah 0-30 cm, 30-60 cm, dan 60-90 cm di perkebunan Desa Bariri, Poso, Sulawesi Tengah dan melihat potensinya menjadi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) untuk memacu pertumbuhan tanaman. Mikroba rhizosfer diisolasi dan dihitung kelimpahannya dengan medium Nutrient Agar (NA) dengan waktu inkubasi 24 jam pada suhu 25°C, Reasoner’s 2A Agar (R2A) inkubasi 3-5 hari pada suhu 25°C, dan Mannitol Free Nitrogen (MFN) Agar inkubasi 7 hari pada suhu 25°C. Setelah itu, dilihat kemampuan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dengan uji selulase, uji pelarut fosfat, uji fiksasi nitrogen, dan produksi IAA (Indole Acetic Acid). Adapun kelimpahan pada 0-30 cm, 30-60 cm, dan 60-90 cm dalam CFU/gr secara berurutan pada bakteri fastidious adalah 9 x 106, 7.11 x 106, 6.04 x 106; bakteri non-fastidious 3.51 x 106, 5.38 x 106, 9.84 x 106; dan bakteri pemfiksasi nitrogen 2.03 x 106, 1.82 x 106, dan 1.03 x 106. Dari hasil penelitian didapatkan total 61 isolat yang terdiri dari 27 isolat bakteri fastidious, 29 bakteri non-fastidious, dan 5 isolat bakteri pemfiksasi nitrogen. Berdasarkan nilai indeks didapatkan keragaman tertinggi pada kedalaman 60-90 cm (H’=2,19), sedang 0-30 cm (H’=2,04), dan terendah 30-60 cm; indeks dominansi tertinggi 30-60 cm (D=0,34), sedang 0-30 cm (D=0,17), dan terendah 60-90 cm (D=0,15). Didapatkan isolat rhizobakteri yang dapat mendegradasi selulase sebanyak 14 isolat fastidious, 24 isolat bakteri non-fastidious, dan 2 isolat bakteri pemfiksasi nitrogen; bakteri yang mampu melarutkan fosfat sebanyak 14 isolat fastidious, 16 isolat bakteri non-fastidious, dan 3 isolat bakeri pemfiksasi nitrogen; bakteri yang dapat memfiksasi nitrogen menjadi ammonia sebanyak 4 isolat bakteri fastidious, 7 isolat bakteri non-fastidious, dan 3 isolat bakteri pemfiksasi nitrogen; bakteri yang mempunyai kemampuan mengubah triptofan menjadi IAA sebanyak 1 isolat bakteri fastidious. Didapatkan bahwa isolat N1 merupakan isolat paling berpotensi menjadi PGPR karena menghasilkan hasil positif pada seluruh screening PGPR. Dengan Sanger Sequencing 16S rRNA teridentifikasi isolat N1 sebagai Priestia aryabhattai strain 062606B-3.