Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia.
Sebagian besar pembangkit listrik tenaga panas bumi masih memanfaatkan suhu tinggi dan
menengah karena dianggap lebih ekonomis. Pemanfaatan potensi panas bumi suhu rendah
masih terbatas pada pembangkit listrik dengan metode binary cycle maupun penggunaan
langsung (direct use) dan masih jarang ditemui di Indonesia. Mata air panas Ciater yang
merupakan bagian dari zona manifestasi panas bumi Gunung Tangkuban Parahu bagian utara.
Suhu mata air panas Ciater yaitu 40,8 °C dan 42,8 °C sehingga termasuk kategori potensi panas
bumi suhu rendah dan telah dimanfaat untuk kepentingan wisata yaitu Sari Ater Hot Spring.
Ketersedian sumber panas suhu rendah dari mata air panas ini berpeluang untuk dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik. Bahan semikonduktor thermoelectric generator (TEG) yang
bekerja berdasarkan perbedaan suhu antar kedua sisinya menjadi alternatif teknologi
pembangkit listrik. Dengan berbagai keunggulan TEG dibanding perangkat lainnya, akan
dikembangkan pembangkit listrik berbasis TEG (PLBT) yang mempunyai ukuran kompak,
portabel, dan dapat berkerja pada sumber panas berupa fasa uap maupun cair. Isu efisiensi TEG
yang masih rendah terkompensasi ketika PLBT diaplikasikan pada mata air panas Ciater yang
tersedia secara bebas. Desain dan produksi perangkat keras PLBT dilakukan secara bertahap
dan melewati serangkaian uji menggunakan alat pengumpul data untuk menjamin kinerja setiap
komponen penyusunnya. Uji terhadap 5 jenis elemen TEG pada pembangkit skala mini
menunjukkan bawah elemen TEG tipe TEG1-241-1.4-1.2 menghasilkan daya luaran terbesar
yaitu 4,90 W pada perbedaan suhu ?T=100 °C dan bekerja secara stabil. Uji terhadap radiator
siap pakai berbahan alumunium juga menunjukkan kinerja yang baik berdasarkan parameter
transfer panasnya. Rangkaian dari 2 elemen TEG yang diapit dengan radiator sisi panas dan
sisi dingin yang dikemas dalam sebuah modul yang disebut M2T. Setelah diperoleh modul
M2T yang mempunyai kinerja baik melalui uji pada pembangkit skala menengah,
dikembangkan dan diuji modul M8T yang menampung 8 elemen TEG. Radiator pada M8T
mempunyai ukuran 25 cm × 12,5 cm × 1,4 cm, diletakkan mengapit 8 elemen TEG dalam 2
lajur dan ditambahkan thermal grease untuk memperbaiki konduksi panas. PLBT tersusun dari
dua blok rangka yang terdiri dari 7 modul M8T sebagai komponen utamanya. Setiap blok
berukuran 40 cm x 28 cm x 50 cm dengan berat tiap blok sekitar 20 kg. Desain PLBT ini
menghasilkan ukuran yang kompak dan portabel dengan jumlah total elemen TEG sebanyak
56 buah. PLBT juga dilengkapi sistem pengkabelan yang fleksibel menghubungkan antar
elemen TEG dan antar modul M8T. Setiap modul M8T dihubungkan dengan selang-selang
untuk distribusi fluida panas (air dan uap) dan air dingin. Simulasi uap panas pada uji M2T dan
M8T dilakukan dengan bantuan ketel uap yang sebelumnya juga telah diuji. Pengujian PLBT
skala laboratorium menggunakan sumber panas ketel uap menghasilkan daya mencapai 16,27
W pada ???????? 60 °C untuk setiap modul M8T. Sedangkan uji menggunakan sumber panas berupa
air panas secara langsung menghasikan daya maksimal 4,60 W pada ???????? 45 °C. Hasil ini menunjukkan bahwa perangkat keras PLBT ini mampu berkerja dengan sumber panas berupa
uap air maupun air panas. Uji lapangan PLBT dilakukan pada mata air panas Ciater pada obyek
wisata Sari Ater Hot Spring Desa Ciater Kecamatan Ciater Kabupaten Subang Provinsi Jawa
Barat. Perangkat PLBT dihubungkan dengan sumber air panas yang berasal dari bak mandi
melalui selang, demikian juga dengan sirkulasi air dingin melalui selang dari kran di taman.
Hasil uji PLBT pada mata air panas Ciater menghasilkan daya 9,80 W pada ?T 17,5 °C dan
mampu menyalakan beberapa lampu LED. Perangkat PLBT dapat beroperasi secara normal
dan stabil pada panas bumi suhu rendah berupa mata air panas.