digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-COVER
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-ABSTRAK
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-BAB 1
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-BAB 2
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-BAB 3
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-BAB 4
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-BAB 5
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-BAB 6
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

2008 TA PP YUDHI ZULKANI 1-BAB 7
Terbatas  rikrik
» Gedung UPT Perpustakaan

Seiiring dengan era globalisasi yang semakin pesat, setiap negara semakin berkompetisi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut mengembangkan ilmu dan teknologi nuklir, memiliki tanggung jawab dalam memanfaatkan pengetahuan dan teknologi nuklir secara tepat. Salah satu reaktor nuklir indonesia yang berada di Bandung dikenal dengan nama Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir-Badan Tenaga Atom nasional. Energi panas yang dihasilkan oleh reaktor ini, dibuang melalui sistem penukar panas sekunder. Kegagalan fungsi sistem penukar panas sekunder dapat menyebabkan terlepasnya produk fisi. Produk fisi yang terlepas (kebocoran nuklir) sangat berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu, sistem penukar panas sekunder harus dalam fungsi yang baik. Fungsi yang baik ini dicapai dengan perawatan dari sistem penukar panas tersebut. Pada saat ini kebijakan perawatan sistem penukar panas sekunder yang diterapkan adalah preventive maintenance. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam program PM ini merupakan tindakan reaktif terhadap kerusakan yang terjadi. Akibat dari hal ini banyak tindakan dalam PM merupakan suatu penborosan. Bahkan dalam kenyataannya beberapa program PM kebanyakan melakukan perbaikan kerusakan dibandingkan dengan pencegahan kerusakan. Metoda RCM meliputi pembuatan kegagalan fungsi yang kemudian akan dicari mode kerusakannya. Dengan adanya mode kerusakan, penyebab kerusakan akan ditentukan sehingga dapat dianalisa pengaruh kerusakan terhadap unjuk kerja peralatan. Dengan menerapkan RCM pada sistem penukar panas sekunder dapat: menjaga fungsi peralatan, mengidentifikasi mode kerusakan spesifik dalam bagian-bagian peralatan yang potensial menghasilkan kerusakan fungsi sistem, membuat prioritas pemeliharaan dari mode kerusakan yang terjadi, serta mengambil tindakan pencegahan yang dapat diterapkan sehingga sistem penukar panas tetap berada dalam fungsi yang baik.