Temperatur adalah aspek penting dan merupakan salah satu target eksplorasi panas
bumi. Magnetotellurik (MT) sering digunakan dalam eksplorasi panas bumi untuk
menggambarkan daerah prospek dengan mencari anomali resistivitas rendah, yaitu
kurang dari 10 Ohm.m yang diasumsikan berkorelasi dengan batuan penudung yang
konduktif. Pada tahap awal, biasanya dilakukan analisis kualitatif hanya
berdasarkan peta resistivitas semu pada periode berbeda. Pendekatan seperti ini
memiliki kemungkinan keberhasilan yang relatif rendah karena terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi nilai resistivitas di bawah permukaan. Penelitian ini
menggunakan konsep yang menghubungkan penurunan resistivitas dengan
peningkatan temperatur untuk memperkirakan nilai gradien temperatur dari gradien
resistivitas. Gradien resistivitas dihitung dari penurunan kurva resistivitas semu dan
resistivitas sebenarnya hasil pemodelan data MT. Kedua gradien resistivitas
tersebut menunjukkan gambaran prospek panas bumi yang lebih baik, yaitu gradien
resistivitas tinggi terdapat pada daerah upflow atau di sekitar pusat erupsi yang
mungkin menjadi sumber panas. Data temperatur dari sumur terdekat juga
digunakan untuk mengkalibrasi pendekatan ini. Hasil dari proses kalibrasi dengan
data sumur didapatkan peta distribusi gradien temperatur dan model isotermal yang
menunjukkan korelasi dengan model konseptual sebelumnya.