Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Laut
Jawa, Selat Bali, Samudera Hindia. Akibat letak geografis Provinsi Jawa Timur
yang berbatasan langsung dengan perairan menjadikan Provinsi Jawa Timur rentan
akibat naiknya permukaan air laut, seperti rendaman pesisir. Studi ini bertujuan
untuk mengkaji kerentanan pesisir Provinsi Jawa Timur dan bahaya, risiko serta
dampak yang terjadi terhadap infrastruktur akibat rendaman di Kota Surabaya dan
Sidoarjo pada tahun 2045. Dalam pengolahannya, kerentanan dibagi dalam dua
metode, yaitu coastal vulnerability index (CVI) dan land vulnerability index (LVI).
Adapun proyeksi bahaya rendaman dilakukan dengan menggunakan model bathub.
Proyeksi rendaman akan dilakukan dalam 4 skenario, dengan memperhitungkan 7
parameter yang dapat mempengaruhi kenaikan muka air laut, yaitu pasang surut
(HHWL), variasi MSL bulanan, La NiƱa, storm surge, indian ocean dipole (IOD)
negatif, kenaikan muka laut, dan banjir darat.
Berdasarkan hasil perhitungan CVI, kerentanan pesisir Provinsi Jawa Timur
didominasi dengan tingkat kerentanan sangat tinggi, yaitu sepanjang 685,73 km
garis pantai (33,4%). Berdasarkan hasil kerentanan yang didapatkan proyeksi
rendaman dilakukan di Kota Surabaya dan Sidoarjo yang memiliki kerentanan yang
didominasi oleh tingkat kerentanan sangat tinggi. Hasil proyeksi rendaman
menunjukkan luasan rendaman di Kota Surabaya mencapai 7.759,52 ha pada
skenario 1, 13.426,18 ha pada skenario 2, 18.833,58 ha pada skenario 3, dan
19.419,52 ha pada skenario 4. Sedangkan, luas rendaman di Kabupaten Sidoarjo
mencapai 23.586,1 ha pada skenario 1, 28.382,82 ha pada skenario 2, 33.028,48 ha
pada skenario 3, dan 33.766,06 ha pada skenario 4. Faktor yang paling
mempengaruhi tingginya rendaman merupakan pasang surut (HHWL) dengan
tinggi 162,71 meter. Akibat dari tingginya rendaman yang terjadi mengakibatkan
sekitar 2.000 km jalan dan sekitar 5.000 bangunan terendam di Kota Surabaya dan
Sidoarjo pada tahun 2045.