digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Denise Claudia Boedihardjo
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Pemanasan global yang terus meningkat setiap tahunnya memicu peningkatan suhu muka air laut. Peningkatan suhu muka air laut memengaruhi berbagai parameter, terutama tinggi muka air laut. Ketika peristiwa tinggi muka air laut ekstrem (Extreme Sea Levels/ESLs) terjadi bersamaan dengan peristiwa MHWs, muncul fenomena yang disebut CHESLs (Concurrent Marine Heatwaves-Extreme Sea Levels/CHESLs) dengan dampak yang lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peristiwa ESLs dan CHESLs di perairan SETIO (Southeastern Tropical Indian Ocean), yang mencakup barat Sumatra, selatan Jawa, dan Nusa Tenggara, selama rentang waktu 1993–2022 (30 tahun). Fokus penelitian adalah empat lokasi stasiun, yaitu Padang (lokasi A), Cilacap (lokasi B), Prigi (lokasi C), dan Benoa (lokasi D). Data utama yang digunakan adalah anomali tinggi muka air laut (SLA) dan anomali suhu permukaan laut (SSTA) yang diperoleh dari satelit altimetri. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistika. Hasil analisis menunjukkan trend linear positif dari SLA dan SSTA dengan nilai yang bervariasi di setiap lokasi. Selama periode 30 tahun, ditemukan 21 kejadian ESLs dan 4 kejadian CHESLs di Padang, 16 kejadian ESLs dan 4 CHESLs di Cilacap, 17 kejadian ESLs dan 4 kejadian CHESLs di Prigi, dan 22 kejadian ESLs dan 4 kejadian CHESLs di Benoa. ESLs dominan terjadi ketika monsun Australia aktif saat periode DJF (45%), fase La Niña (76%), dan N-IOD (40%). CHESLs dominan terjadi ketika menuju monsun India aktif saat periode MAM (53%), fase La Niña (76%), dan N-IOD (82%). Pengaruh N-IOD lebih dominan di stasiun Padang. Sebaliknya, pengaruh La Niña lebih dominan di stasiun Cilacap, Prigi, dan Benoa. Kejadian ESLs lebih sering ditemukan di wilayah onshore, sedangkan CHESLs lebih sering ditemukan di wilayah offshore. Total frekuensi kejadian ESLs dan CHESLs meningkat sebesar 66,7% selama dekade terakhir.