digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Conus sp. adalah hewan predator laut ternasuk pada kelas Gastropoda. Conus sp. memiliki kemampuan untuk membius mangsanya dari racun yang dihasilkan. Racun yang dihasilkan Conus sp. disebut dengan Conotoxin. Conotoxin yang digolongkan dalam peptida kecil dengan ukuran sekitar 12-30 asam amino yang memiliki ikatan disulfida dan sebagian besar memiliki target pada reseptor serta saluran ion (protein channel) di jaringan saraf dan otot. Oleh sebab itu, Conotoxin dipercaya memiliki beberapa potensi sebagai obat neurodegeneratif dan analgesik. Analgesik merupakan obat sebagai anti nyeri yang diberikan kepada pasien guna mengurangi rasa sakit. Mekanisme kerja analgesik melibatkan protein Volted Gated Calcium Channel (VGCC) N-Type (CaV) 2.2 yang berperan penting dalam pelepasan neurotransmitter dan terlibat dalam pengaturan rasa nyeri. Peptida Conotoxin memiliki variasi yang tinggi, sehingga peptida ini sulit untuk diidentifikasi dan masih perlu diketahui mekanisme serta fungsinya. Saat ini telah diketahui satu obat analgesik Ziconotide yang merupakan turunan peptida berasal dari Conus magus. Namun Ziconotide masih memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi potensi Conotoxin sebagai alternatif analgesik melalui analisis docking peptida Conotoxin dengan VGCC N Type CaV 2.2 dan mengisolasi gen Conotoxin menggunakan primer degenerate untuk mendapatkan urutan basa nukelotida dari gen. Pada penelitian ini dilakukan analisis kekerabatan Conus sp. dengan Conus magus penghasil Ziconotide. Urutan asam amino Conotoxin dari spesies dengan kekerabatan terdekat dikumpulkan dan dilanjutkan pada tahap permodelan peptida menggunakan Software I-TASSER (Iterative Threading ASSEmbly Refinement) pada laman (https://zhanggroup.org/I TASSER/). Urutan asam amino Conotoxin didapatkan dari Webserver Conoserver (https://www.conoserver.org/). Analisis docking peptida Conotoxin dengan protein VGCC N-Type CaV 2.2 menggunakan software HADDOCK 2.4 (https://wenmr.science.uu.nl/haddock2.4/). Berdasarkan hasil analisis molekuler docking dan kekerabatan, spesies tersebut digunakan sebagai acuan untuk desain primer degenerate gen Conotoxin dan dilanjutkan PCR dengan dilakukan dengan optimasi: suhu annealing primer, suhu denaturasi, konsentrasi primer dan waktu elongasi. Pita produk PCR disisipkan pada vektor plasmid pGEMT Easy dan ditentukan urutan basa nukelootidanya. Hasil docking didapatkan nilai score HADDOCK sebesar : 1. -62.1 +/- 9.7 (Ac6_5_precursor) dari Conus achatinus; 2. -105.6 +/- 9.2 (CnIB) dari Conus consors; 3. -86.6 +/- 19.1 (Mi020_2) dari Conus miles, 4. -76.1 +/- 7.5 dari Conus monachus, 5. -120.9 +/- 4.4 dari Conus distans dan 5. -61.0 +/- 0.9 dari Conus vexillum. Hasil docking tersebut dibandingkan dengan nilai score HADDOCK redocking VGCC N-Type CaV 2.2 dengan Ziconotide yaitu sebesar -64.1 +/- 9.7. Spesimen Conus diambil dari kepulauan Sangihe sebanyak 3 sampel (C1,C2 dan C3). Genom dari organ venom duct telah berhasil diekstraksi. Hasil identifikasi menggunakan gen penanda Cytochrome c oxidase I (COI) diperoleh bahwa Conus sp. specimen 1 (C1) memiliki kekerabatan terdekat dengan Conus vexillum. Spesimen 2 (C2) dan spesimen 3 (C3) memiliki kekerabatan terdekat dengan Conus distans. Hasil amplifikasi gen Conotoxin menggunakan primer degenerate terdapat banyak pita dengan rentang ukuran DNA 75-700 bp. Satu pita produk PCR pada specimen C1 berukuran 389bp. Tiga pita produk PCR berkisar 300-700bp yang diisolasi dari specimen C2 dan satu pita produk PCR ukuran 75bp dari specimen C3. Sampel hasil isolasi gen C1 dan C2 menunjukan bahwa urutan basa nukleotida tergolong pada gen pengkode protein yang belum teridentifikasi. Berdasarkan hasil penelitian secara analisis docking peptida Conotoxin dengan protein VGCC CaV 2.2 dari spesies lain memiliki potensi sebagai alternatif obat analgesik yang lebih baik dari Ziconotide, dan primer degenerate yang telah didesain berhasil mengamplifikasi gen pengkode protein dari genom sampel C1 dan C2 yang belum teridentifikasi.