digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia memiliki potensi batubara bawah permukaan yang besar seperti batubara pada Formasi Lakat dan Formasi Muaraenim yang dapat digunakan sebagai media Carbon Capture Storage (CCS). Batubara-batubara ini bervariasi dalam hal peringkat, komposisi kimia, dan komposisi organik, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk menyerap atau menyimpan gas karbondioksida (CO2). Kandungan air batubara Formasi Lakat lebih kecil dibandingkan batubara Formasi Muaraenim, sedangkan kandungan abu batubara Lakat 4-5 kali lebih besar dibandingkan batubara Muaraenim. Berdasarkan klasifikasi peringkat American Standard Testing Material (ASTM), batubara Formasi Lakat termasuk dalam peringkat menengah, sedangkan batubara Formasi Muaraenim termasuk dalam peringkat rendah. Batubara Formasi Lakat memiliki kandungan vitrinit lebih banyak dibandingkan batubara Formasi Muaraenim, sedangkan batubara Formasi Muaraenim memiliki kandungan inertit lebih banyak dibandingkan batubara Formasi Lakat. Kapasitas serap gas karbondioksida batubara Muaraenim lebih besar yaitu 37,62 cc/g dibandingkan batubara Formasi Lakat yaitu 31,56 cc/g. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan karakteristik kedua batubara tersebut serta pengaruhnya terhadap kapasitas serap gas karbondioksida. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai reflektansi vitrinit, kandungan abu, dan kandungan air akan mengurangi kapasitas serap gas karbondioksida pada kedua batubara. Korelasi antara kandungan vitrinit dan inertinit berbeda-beda pada masing-masing sampel batubara. Hasil analisis ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui potensi CCS pada batubara Formasi Lakat dan Muaraenim dengan memberikan data serta informasi mengenai kapasitas serap gas karbonioksida pada batubara serta hubungannya dengan karakteristik kimia dan organik pada batubara tersebut.