digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam lingkup bisnis pada zaman ini, sering kali terjadi perubahan dalam struktur organisasi yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti penggabungan perusahaan, akuisisi, dan restrukturisasi strategis. Transisi semacam ini sering kali melibatkan perubahan besar dalam budaya perusahaan, yang dapat menimbulkan tantangan serta memberikan peluang bagi karyawan, terutama mereka yang terlibat dalam perpindahan bisnis. Penelitian ini menginvestigasi metode yang diterapkan oleh Pertamina WK Rokan dalam upaya mengintegrasikan mantan karyawan Chevron Pacific Indonesia serta mengadopsi budaya bisnis PERTAMINA WK Rokan, khususnya nilai-nilai AKHLAK, selama periode transisi dari kedua perusahaan tersebut dan setelahnya. Laporan ini menyoroti berbagai tantangan dan kompleksitas yang muncul dalam proses asimilasi budaya kerja baru selama dan setelah pergantian manajemen. Integrasi budaya memiliki peran yang sangat penting dalam proses perubahan organisasi, berpengaruh pada motivasi karyawan, produktivitas, dan pada akhirnya, kesuksesan bisnis. Ketika karyawan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain, mereka membawa dengan mereka nilai-nilai, keyakinan, dan pola kerja mereka. Hal ini dapat sesuai atau tidak sesuai dengan budaya perusahaan yang baru. Memahami bagaimana individu mengalami proses transisi antar budaya menjadi kunci dalam mendorong integrasi yang efektif serta menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. Penelitian ini memanfaatkan kerangka teori untuk mengeksplorasi secara mendalam integrasi budaya. Kerangka kerja ini menggabungkan prinsip-prinsip manajemen perubahan, budaya AKHLAK, model Kübler-Ross, dan DMIS, yang memberikan sudut pandang yang komprehensif dalam menganalisis teknik yang digunakan oleh karyawan selama masa transisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengklarifikasi sifat dari transisi budaya dan dampaknya terhadap transformasi organisasi dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Disamping itu, penelitian ini juga menggunakan metode penelitian kualitatif, termasuk wawancara dan observasi partisipan, untuk merekam pandangan langsung dari mantan karyawan saat mereka beralih antara Chevron Pacific Indonesia dan Pertamina WK Rokan. Pendekatan kualitatif memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang pengalaman individu, yang memungkinkan pemeriksaan yang cermat terhadap fenomena yang kompleks seperti asimilasi budaya. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan taktik, hambatan, dan faktor-faktor pendukung dalam asimilasi budaya melalui wawancara yang komprehensif dan observasi partisipan. Penelitian awal menunjukkan bahwa karyawan yang mengalami proses migrasi menggunakan serangkaian strategi penanganan untuk mengatasi perubahan budaya. Proses asimilasi melibatkan beberapa tahapan, yaitu restrukturisasi kognitif, penerimaan emosional, dan adaptasi perilaku, yang masing-masing memiliki peran tersendiri. Restrukturisasi kognitif melibatkan proses evaluasi ulang dan pembentukan kembali pandangan serta keyakinan individu terhadap budaya perusahaan yang baru, yang memungkinkan penyelesaian konflik dan pencarian perspektif bersama. Penerimaan emosional melibatkan pengenalan dan penanganan komponen emosional dari transformasi budaya, seperti perasaan ketidakpastian, nostalgia, dan kegembiraan. Adaptasi perilaku merujuk pada penyesuaian tindakan dan perilaku individu agar sesuai dengan standar dan perilaku yang diharapkan dari budaya perusahaan yang berbeda, yang membantu mendorong integrasi dan persetujuan sosial. Selanjutnya, penelitian ini menyoroti faktor-faktor penting yang mendukung atau menghambat proses asimilasi. Dukungan kepemimpinan memainkan peran yang sangat penting dalam memfasilitasi transisi karyawan, karena kepemimpinan yang mendukung dapat memberikan arahan, bimbingan, dan sumber daya yang dibutuhkan. Komunikasi yang efektif juga sangat penting, sehingga perusahaan dapat menyampaikan keyakinan, tujuan, dan harapan mereka dengan jelas. Di sisi lain, hambatan seperti resistensi terhadap perubahan, konflik antarbudaya, dan ketidakpastian mengenai tanggung jawab pekerjaan merupakan faktor utama yang menghambat pencampuran budaya yang berbeda dengan efektif. Hambatanhambatan ini membuat sulit bagi karyawan untuk menyesuaikan diri dan berhasil dalam lingkungan organisasi yang baru. Temuan penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan saat ini mengenai budaya perusahaan dan manajemen perubahan dengan memberikan wawasan berharga tentang dinamika yang rumit dari transformasi budaya. Penelitian ini menawarkan implikasi praktis bagi perusahaan yang melakukan transisi serupa dengan menganalisis pengalaman personil yang dipindahkan. Melaksanakan strategi seperti program mentor, promosi pemahaman lintas budaya, dan komunikasi terbuka dapat membantu organisasi dalam mengelola kesulitan yang terkait dengan perubahan budaya serta menumbuhkan budaya organisasi yang lebih inklusif dan adaptif. Pada akhirnya, di hadapan perubahan organisasi yang rumit, sangat penting bagi perusahaan untuk sepenuhnya memahami kompleksitas internalisasi budaya. Organisasi dapat mengembangkan langkah-langkah untuk memungkinkan integrasi yang efektif dan mendorong tenaga kerja yang bersatu dan tangguh dengan mengakui kesulitan dan keuntungan yang datang dengan pergeseran budaya. Penelitian ini memberikan panduan yang jelas bagi bisnis yang sedang memulai transisi budaya, memberikan pengetahuan penting tentang teknik, kesulitan, dan faktor-faktor yang membantu dalam asimilasi budaya