Pada tahun 2022, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengalami peningkatan signifikan dalam perjalanan kereta api sebanyak 56.762.000 km dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, lonjakan ini tidak diimbangi dengan penurunan kecelakaan dalam lima tahun terakhir. Total jenis kecelakaan anjlokan kereta api mencapai 82 kecelakaan, yang sebagian besar disebabkan oleh ketidakteraturan geometri jalur kereta api. Saat ini, pemeriksaan jalur dilakukan secara visual oleh Petugas Pemeriksa Jalur (PPJ), yang dianggap tidak efektif dan kurang memadai dalam memperoleh dan memperbarui data kondisi jalur kereta api. Oleh karena itu, pengembangan alat ukur modular untuk mengukur lebar jalur kereta api diperlukan.
Tesis ini memaparkan tahapan pengembangan alat ukur modular lebar jalur kereta api yang dimulai dengan identifikasi masalah dan solusi yang dipilih untuk menghindari anjlokan pada kereta api berdasarkan beberapa alat ukur jalan rel yang telah dikembangkan di berbagai negara. Persyaratan rancangan mencakup kemampuan untuk mengukur area kritis seperti celah alur perlintasan sebidang, celah alur rel di lengkung, celah alur rel paksa wesel, dan rongga di depan jarum wesel, dengan variasi kecepatan 5 km/jam, 10 km/jam, dan 20 km/jam. Alat ukur modular lebar jalur kereta api dapat dioperasikan dengan dua mekanisme: didorong oleh Petugas Pemeriksa Jalur (PPJ) dan terintegrasi ke lori KPJ.
Untuk mengetahui kinerja mekanik dan hasil pengukuran prototipe alat ukur modular lebar jalur kereta api, pengujian dilakukan di Stasiun Cibatu yaitu pada jalur I dan petak jalan Cibatu – Garut karena terdapat area lurusan, perlintasan sebidang, lengkung bergongsol dan wesel dalam satu lintasan yang sama. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa alat yang dikembangkan mampu digunakan untuk mengukur lebar jalur rel untuk berbagai kondisi jalur. Pengukuran yang dilakukan dengan alat tersebut menunjukkan tren dan konsistensi yang hampir sama dengan pengukuran meter track gauge meter, dengan nilai lebar jalur tersempit yang terukur 1059 mm pada jalur lurus dan nilai lebar jalur terlebar yang terukur 1097 mm pada lengkung serta selisih hasil pengukuran nilai lebar jalur terkecil 0.00 % pada jalur lurus dan nilai lebar jalur terbesar 1.04 % pada wesel belok.