digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fikri Irsyad
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Fikri Irsyad
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Fikri Irsyad
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Fikri Irsyad
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Fikri Irsyad
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Fikri Irsyad
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Pelindian bijih nikel laterit berkadar rendah dengan metode agitasi pada tekanan atmosfer dalam larutan asam klorida menjadi salah satu alternatif proses ekstraksi nikel dengan jalur hidrometalurgi yang banyak diteliti. Dibandingkan dengan metode yang sama dengan menggunakan larutan asam sulfat sebagai reagen pelindi, metode ini memiliki beberapa keunggulan dalam hal laju reaksinya yang lebih cepat, persen ekstraksi yang lebih tinggi dan kemungkinan meregenerasi asam klorida melalui hidrolisis larutan hasil pelindian pada tahap pemisahan besi dan pengendapan magnesium dari larutan sisa pelindian (spent solution). Pada penelitian ini, dipelajari keefektifan pelindian bijih nikel laterit tipe limonit dari Halmahera dengan pelindian asam klorida dengan variasi konsentrasi HCl, temperatur, persen solid dan penambahan garam MgCl2 serta NaCl. Dipelajari pula kemungkinan mengendapkan magnesium dari larutan sisa pelindian dalam bentuk magnesium sulfat-hidrat. Serangkaian percobaan pelindian agitasi pada tekanan atmosfer telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi asam klorida, temperatur, persen solid dan jumlah penambahan garam MgCl2 dan NaCl terhadap persen ekstraksi nikel dan persentase Fe dan Mg terlarut selama 8 jam pelindian. Analisa difraksi sinar- X (XRD) dilakukan terhadap residu pelindian dengan penambahan MgCl2 dan NaCl untuk mengidentifikasi bentuk kompleks besi yang mungkin terbentuk selama proses pelindian. Pengolahan larutan sisa dilakukan dengan menambahkan asam sulfat ke dalam larutan sisa pelindian yang telah diendapkan Fe dan Ni-nya dan dianalisa endapan yang terbentuk. Hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa persen ekstraksi nikel tertinggi dicapai pada level 95,6% yang diperoleh pada proses pelindian dengan HCl 4 molar, pada temperatur 100oC, persen solid 5%, distribusi ukuran bijih -100 + 200 mesh selama 8 jam. Pada kondisi tersebut, besi dan magnesium terlarut masing-masing sebesar 58,13% dan 60,18% dan peningkatan persen solid dari 5% hingga 15% menurunkan persen ekstraksi nikel menjadi 66,7%. Penambahan MgCl2 sejumlah 85 gram/liter dapat menurunkan persen besi terlarut hingga 15%. Peningkatan jumlah garam yang ditambahkan cenderung menurunkan pula persen ekstraksi nikel. Penambahan MgCl2 selama pelindian sangat efektif dalam menekan magnesium terlarut hingga 0%. Pada percobaan pengolahan larutan sisa pelindian tidak didapatkan endapan magnesium sulfat karena konsentrasi Mg dalam larutan hasil pelindian tidak cukup memadai untuk mengendapkan Mg dalam bentuk MgSO4.H2O dan penggunaan CaO sebagai reagen penetralisasi larutan. Berdasarkan hasil analisa XRD produk hasil padatan yang diperoleh dari pengolahan larutan sisa pelindian diketahui berupa gipsum (CaSO4.2H2O) yang dihasilkan dari reaksi antara CaO yang ditambahkan sebagai neutralizing agent dengan HCl dan H2SO4.