digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Rizqulloh Muthohhar Hamim
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Keberlanjutan adalah gagasan pembangunan yang penerapannya perlu dilakukan dari unit terkecil suatu wilayah, yaitu komunitas. Penelitian ini dilatarbelakangi dari adanya urgensi untuk menilai keberlanjutan komunitas masyarakat adat menggunakan kriteria/indikator khusus. Hal ini disebabkan karena komunitas masyarakat adat menerapkan nilai dan pengetahuan tradisional dalam aktivitas ssehari-harinya sehingga perlu perlu indikator khusus dalam menilai keberlanjutannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberlanjutan komunitas masyarakat adat Kampung Naga di Tasikmalaya dan Kampung Kuta di Ciamis, sebagai dua komunitas masyarakat adat dengan karakteristik keterbukaan terhadap atribut modern yang berbeda. Secara umum, alat penilaian yang digunakan adalah modifikasi dari kerangka Sustainability Assessment of Indigenous Community (SAIC) yang terdiri aats 55 indikator dan 9 kriteria. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, dan observasi lapangan. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi tingkat keberlanjutan komunitas. Analisis data kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi penerapan penegtahuan tradisional melalui analisis pengkodean dan analisis komparasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat keberlanjutan antara dua komunitas yang diteliti. Kampung Kuta dinilai memiliki keberlanjutan yang lebih tinggi pada 3 kategori dibandingkan dengan Kampung Naga. Kedua komunitas telah menerapkan pengetahuan tradisional pada keberlanjutan komunitas tersebut, di antaranya mengenai pembatasan pemnafaatan ruang dan sumber daya alam serta peningkatan interaksi dan kohesi sosial.