digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mohammad Yusril Iqbal Habibana
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Sesar Palu-Koro di Sulawesi, Indonesia, dalam satu dekade terakhir mencatatkan setidaknya 2 gempa di atas Mw 6, yakni Gempa 18 Agustus 2012 (Mw 6,3) dan 28 September 2018 (Mw 7,5). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa gempa 2012 tidak memiliki pengaruh signifikan berupa sebaran tegangan Coulomb pada gempa 2018. Besar tegangan coulomb dipengaruhi oleh parameter sesar. Kami berasumsi bahwa kemungkinan adanya pengaruh tegangan Coulomb menuju sesar penyebab gempa 2018 dapat teramati jika parameter dari segmen sesar di sekitar palu-koro dilakukan pembaharuan. Untuk membuktikan hal tersebut kami melakukan beberapa analisis untuk mendapatkan suatu nilai parameter pembaharuan. Proses analisis tersebut terbagi menjadi: perhitungan momen tensor dari tiap gempa; penentuan nilai parameter sebagai data pembaharuan berdasarkan hasil momen tensor; dan pengaplikasian model yang telah diperbaharui pada perhitungan tegangan Coulomb. Kami telah melakukan inversi momen tensor terhadap 16 kejadian gempa bumi dalam sekuens Gempa 18 Agustus 2012. Sumber informasi untuk 16 gempa ini berupa katalog dan data gelombang yang terekam dari stasiun regional Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Rentang yang digunakan adalah magnitudo mulai dari Mw 3,8 hingga 6,3, dan periode antara 18 Agustus hingga 31 Desember 2012. Proses inversi ini dikerjakan dengan menerapkan inversi momen tensor Bayesian dalam kode ISOLA-Obspy. Pendekatan ini memungkinkan kami untuk menilai ketidakpastian parameter momen tensor sentroid (CMT) termasuk posisinya. Dalam penelitian ini, nilai maksimum ketidakpastian CMT pada horizontal (latitude & longitude), vertikal (depth), pergeseran waktu (time shift), magnitudo, serta DC berturut turut 7,74 km, 4,94 km, 2,2 sekon, 0,48, dan 22%. Pengerjaan inversi momen tensor pada gempa utama 2012, menunjukkan hasil studi ini memiliki kemiripan dengan hasil momen tensor BMKG dari segi Strike. Nilai dip cukup dekat disekitar nilai 82o dengan arah pergerakan rake masih dalam rentang gempa sesar geser kiri. Hasil ini sesuai dengan tiga instansi yang mengeluarkan katalog CMT yakni BMKG, Geo Forschungs Zentrum (GFZ), dan Global Centroid Moment Tensor (GCMT). Dibanding ketiga instansi tersebut, nilai DC dari studi ini lebih tinggi (83%) dengan kualitas yang tergolong baik dengan masih memiliki nilai VR dan CN yang memenuhi syarat (VR>60%; CN<10). Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa banyak gempa susulan terdistribusi di dekat ujung utara segmen Saluki dari Sesar Palu-Koro. Kebanyakan solusi menunjukkan mekanisme strike-slip kiri atau rake bernilai -20 hingga 20o , dengan gempa utama terletak di sebelah barat Danau Lindu. Solusi dari momen tensor secara umum memiliki strike Utara-Barat Laut ke Selatan-Tenggara. Penelitian sebelumnya menyatakan dari ketiga parameter sesar (strike, dip, rake), tegangan Coulomb terpengaruh lebih signifikan ketika nilai dip divariasi. Maka, dalam penelitian ini akan difokuskan analisis perhitungan untuk dip sesar berdasarkan seluruh hasil momen tensor. Histogram kumpulan nilai dip menunjukkan bentuk miring (skewed) sehingga nilai median dari distribusi data dip dipilih sebagai solusi yang merepresentasikan data. Dengan metode tersebut, ditemukan nilai dip sekitar 82,5°. Nilai ini memperbarui informasi dari pencatatan sebelumnya oleh Pusat Gempa Nasional (PusGeN). Pembaharuan dengan temuan kami akan diaplikasikan di Sesar Palu-Koro pada segmen Saluki dan Palu sesuai dengan distribusi momen tensor yang berada pada lokasi tersebut. Pada pencatatan PusGeN, 2 segmen ini memiliki dipping 90o (vertikal). Selanjutnya, simulasi sebaran tegangan Coulomb akan dilakukan dengan menggunakan 2 model yakni model PusGeN tanpa pembaharuan (model dipping vertikal) dan model PusGeN dengan pembaharuan berdasarkan analisis momen tensor yang telah dilakukan pada penelitian ini (model dipping non-vertikal). Melalui proses ini kami menemukan bahwa model dengan dipping non-vertikal menunjukkan intensitas tegangan Coulomb yang lebih besar, hingga mencapai 5 bar, dengan area distribusi yang lebih luas dibandingkan dengan model dengan dipping vertikal. Pengamatan pada kedua model menunjukkan tegangan Coulomb sangat sedikit teramati di Segmen Selat Makassar dengan nilai di bawah 0,5 bar. Hal ini menunjukkan gempa dengan parameter seperti gempa 2012 belum dapat berpengaruh signifikan pada Segmen Selat Makassar yang diasumsikan sebagai segmen utama gempa 2018. Meski begitu, temuan ini perlu untuk menjadi perhatian karena kami menemukan adanya peningkatan signifikan dari tegangan Coulomb pada ujung Utara segmen Saluki dengan model yang telah kami perbaharui.