Penelitian ini melakukan analisis secara komprehensif terhadap risiko-risiko bisnis yang dihadapi oleh Bank Gembira, yakni salah satu neobank yang terkemuka di Indonesia. Melalui penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berbagai jenis risiko, antara lain risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional. Untuk memudahkan proses penentuan prioritas, penelitian ini menggunakan pendekatan Matriks Risiko dan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang digagas oleh Saaty sebagai instrumennya. Studi ini menyoroti pentingnya memahami perilaku nasabah dalam memitigasi risiko bagi neobank dan merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai penilaian risiko di sektor neobanking. Analisis tersebut menekankan pentingnya peran risiko kredit dan risiko operasional bagi Bank Gembira sebagai neobank. Melalui penggabungan perhitungan Matriks Risiko dan AHP, gagal bayar kredit dan serangan siber diidentifikasi sebagai risiko dengan prioritas tertinggi, sehingga menggarisbawahi perlunya rencana penanganan risiko yang kuat untuk mengatasi risiko tingkat tinggi ini secara efektif. Rekomendasi diusulkan untuk mengatasi risiko-risiko ini, seperti meningkatkan penilaian kredit untuk mitra P2P lending, meningkatkan langkah-langkah keamanan siber, berkolaborasi dengan regulator, melacak pembaruan teknologi, bermitra dengan platform ecommerce, menawarkan program promosi, mengembangkan program talenta digital, dan menarik pelanggan UMKM. Penelitian lebih lanjut mengenai penilaian risiko di sektor neobanking disarankan untuk meningkatkan praktik manajemen risiko dan memastikan pertumbuhan berkelanjutan bagi bank baru seperti Bank Gembira.