digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sherina Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Daerah penelitian terletak di Desa Botteng, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Kabupaten Mamuju memiliki tingkat laju paparan radiasi alamiah tertinggi melebihi area lainnya di Indonesia. Penelitian menggunakan 20 sampel tanah yang diambil secara langsung dari Desa Botteng, Kabupaten Mamuju. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis, jumlah, dan persebaran aktivitas radionuklida alamiah pada sampel tanah, menentukan dosis paparan dan dosis efektif tahunan, serta menganalisis dampak paparan radiasi terhadap lingkungan di daerah penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pengukuran alat detektor gamma spektrometer High Purity Germanium (HPGe) untuk mengetahui nilai radiasi dan perangkat lunak Environmental Risk from Ionising Contaminants: Assessment and Management (ERICA Tools) untuk menganalisis dampak paparan radiasi terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui bahwa sampel tanah mengandung radionuklida ²²?Ra, ²³²Th, dan ??K dengan jumlah masing-masing 24.790 Bq/kg, 2.421 Bq/kg, dan 434 Bq/kg. Nilai ini tergolong tinggi dan berada di atas batas ambang kandungan unsur ²²?Ra, ²³²Th, dan ??K menurut standar International Atomic Energy Agency (IAEA) tahun 2014. Analisis persebaran paparan radiasi dilakukan dengan menginterpolasikan data radioaktivitas pada tanah dengan kondisi litologi daerah penelitian dilakukan menggunakan metode Inverse Distance Weighted (IDW) dengan asumsi bahwa setiap titik berpengaruh terhadap titik yang ada di sekitarnya. Tanah pelapukan dari litologi Breksi Tapalang menghasilkan paparan radiasi alamiah yang tinggi. Paparan radiasi yang tinggi pada litologi Breksi Tapalang disebabkan oleh kandungan unsur radioaktif yang terbentuk dari aktivitas vulkanisme berkomposisi alkalin. Dosis efektif tahunan yang dihitung berkisar dari 3 mSv hingga 73 mSv, dimana dosis radiasi rata-rata tahunan di dunia adalah 2,4 mSv. Tingkat radionuklida yang tinggi di dalam tanah berisiko tinggi membahayakan organisme sekitar.