Mesin braiding konvensional merupakan alat di dalam industri tekstil yang umum
digunakan untuk memproduksi tali prusik. Kata “braiding” memiliki arti kepang
sehingga prinsip kerja mesin tersebut similar dengan proses kepang, dimana beberapa
benang/tali bergerak mengikuti sebuah pattern untuk membentuk dan menghasilkan pola
dan bentuk baru. Istilah konvensional merujuk pada konstruksi mesin braiding yang
memanfaatkan carrier plastic tanpa tensioner pegas. Hasil produksi dari mesin braiding
konvensional sangat bergantung pada kelancaran pergerakan carrier. Masalah pada
pergerakan carrier mengakibatkan proses produksi tidak berjalan efektif dan efisien.
Oleh sebab itu, permasalahan tersebut dapat direduksi melalui analisis tumpukan toleransi
pada bagian konstruksi sistem pergerakan carrier mesin brading konvensional. Proses
analisis dimulai dengan megukur setiap komponen mesin braiding yang sudah ada
menggunakan alat ukur manual hingga CMM (Coordinate Measuring Machine). Hasil
pengukuran dimodelkan ulang menggunakan perangkat lunak SolidWorks. Model yang
dihasilkan disebut “real product model”. Selanjutnya, komponen standar dijadikan acuan
untuk membentuk “ideal model”. Model tersebut dianalisis keberfungsiannya untuk
setiap fitur komponen yang mempengaruhi pergerakan carrier sehingga diperoleh jenis
toleransi geometri untuk setiap fitur. Terjadi modifikasi untuk mengeliminasi kekurangan
model sebelumnya. Hasil modifikasi disebut “new model“. Proses berikutnya, penentuan
nilai toleransi dimensi dan geometri menggunakan pendekatan worst-case analysis. Hasil
dari penelitian ini adalah analisis tumpukan toleransi dan gambar kerja hasil modifikasi
dari konstruksi sistem pergerakan carrier mesin braiding konvensional.