digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Saufa Rahmi Maulida
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Emisi gas rumah kaca (GRK) merupakan salah satu penyebab peningkatan temperatur pada permukaan bumi. Pada sektor energi, kontributor emisi GRK terbesar adalah pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara. Salah satu mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menerapkan pembakaran bersama (cofiring) biomassa dan batu bara pada PLTU batu bara. Cofiring batu bara dengan biomassa memiliki kelebihan emisi dari bahan bakas fosil yang lebih rendah dan biaya yang lebih murah. Akan tetapi, pemanfaatan cofiring batu bara dengan biomassa masih sangat kecil, yaitu baru 1-5%. Dalam penelitian ini, dilakukan simulasi pembakaran kombinasi batu bara dan campuran biomassa untuk studi kasus PLTU Suralaya Unit 1 – 4 dengan kapasitas 400 MW. Pemodelan dilakukan di perangkat lunak Aspen Plus V12.1 dengan dua metode, yaitu metode co-milling dan combined burner. Jenis biomassa yang akan digunakan adalah sekam padi, serbuk kayu, dan (solid recovery fuel) SRF. Masing-masing fraksi massa biomassa akan divariasikan dengan nilai 10%, 20%, dan 30%. Hasil analisis menunjukkan bahwa emisi CO2 yang berasal dari bahan bakar fosil menurun pada kedua metode seiring dengan peningkatan persentase massa biomassa. Emisi NOx mengalami penurunan dengan penurunan maksimal pada metode co-milling hingga 47,34%. Emisi SOx mengalami penurunan dengan penurunan maksimal pada metode co-milling hingga 73,98%. Pada kedua metode terjadi penurunan daya yang dihasilkan hingga 34,6% pada metode co-milling dan 32,9% pada metode combined burner. Ditinjau dari emisi gas buang, metode co-milling menghasilkan emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan metode combined burner.