Penelitian ini difokuskan pada pengembangan proses pemilihan supplier khususnya untuk produk material penyangga batuan pada tambang bawah tanah di PT. Freeport Indonesia. Dalam konteks Business to Business (B2B), organisasi dan kinerjanya mempunyai dampak signifikan terhadap pengembangan kemitraan yang kuat dan dapat diandalkan. PT. Freeport Indonesia memiliki Departemen Grup Kontrak yang mengatur semua jenis kontrak jasa dan kontrak material, namun permasalahan utama yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini adalah terkait dengan Service Level, Sistem Hirarki dan Penetapan kriteria utama dalam melakukan seleksi pemasok. Beberapa hal yang menjadi perhatian standar antara lain: Manajemen Integritas termasuk didalamnya Silo Organisasi, Ego Sektoral, Penunjukan Langsung, Monopoli Produk, Harga Material, Sikap Pemasok, Kebijakan, Kualitas dan Klaim Material. Studi ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan menggabungkan metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk menilai sistem yang ada dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk melakukan pengembangan proses pemilihan pemasok, memahami perspektif pemangku kepentingan, dan menjembatani kesenjangan yang ada dalam sistem. Dengan memanfaatkan keahlian teknis dan sumber daya data, tujuannya adalah untuk meningkatkan sistem operasional dan mengoptimalkan proses pengambilan keputusan. Hasil dari tulisan ini tidak hanya menjanjikan perbaikan sistem operasional tetapi juga membuka peluang bagi organisasi untuk memanfaatkan potensi penuh dari sumber daya data dan teknologi. Kajian ini menggunakan kajian dokumen, termasuk Peraturan, Kebijakan, dan Prosedur Operasional Standar (SOP), serta analisis sistem internal. Metode pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif, seperti kuesioner dan wawancara, digunakan untuk mengumpulkan dan mendapatkan wawasan dari para pemangku kepentingan utama. Metode AHP memfasilitasi perhitungan perbandingan berpasangan untuk memprioritaskan kriteria evaluasi. Metode yang digunakan oleh perusahaan PT. Freeport Indonesia untuk memperoleh informasi dari pemasok terkait potensi pergantian pemasok yang diukur menggunakan “Formulir Evaluasi Kinerja Pemasok”, meliputi kriteria: Inventaris Pembelian
Diterima Akuntansi. Peringkat pemasok ini akan digunakan untuk memutuskan apakah pemasok tertentu dapat/masih memenuhi persyaratan untuk memberikan layanan kepada perusahaan sebagai mitra pemasok. Proses pengembangan yang dihasilkan dalam penulisan ini adalah mengutamakan beberapa elemen kriteria seperti: Kualitas, Riwayat Kinerja, Kapabilitas dan Teknologi, Pelayanan, dan Biaya. Putaran umpan balik dan skalabilitas disorot sebagai elemen penting untuk mengoptimalkan hasil dan mengakomodasi pertumbuhan di masa depan. Praktik tata kelola sistem yang kuat dan proses hierarki direkomendasikan untuk menegakkan integritas sistem dan kepatuhan terhadap peraturan. Kriteria yang mempengaruhi proses evaluasi pemasok pertama adalah kriteria “Kualitas” dengan bobot 34.1%, kriteria kedua adalah kriteria “Riwayat Kinerja” dengan bobot 21.0%, kriteria ketiga adalah “Kemampuan dan Teknologi” dengan bobot sebesar 17.1%, kriteria keempat adalah “Pelayanan” dengan bobot 14.6%, dan kriteria kelima yang paling rendah adalah “Biaya” dengan bobot 13.2%. Pengembangan sistem hierarki proses dalam sistem yang mendukung proses pemilihan pemasok harus memungkinkan penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang unik dan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan tantangan atau perubahan yang tidak terduga dalam lanskap bisnis. Berdasarkan temuan dan hasil pengembangan ini, rekomendasinya mencakup integrasi sistem hierarki ke dalam proses pemilihan pemasok, menetapkan perjanjian tingkat layanan yang disepakati bersama, dan melakukan audit internal berkala untuk menilai kembali sistem manajemen. Langkah-langkah ini bertujuan untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan dan membina kemitraan jangka panjang dengan pemasok.