digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini menguji efektivitas coaching dalam Ideation of Leadership Development Program (LDP) Level 3 di PT. PLN (Persero). Variabel efektivitas coaching diukur dengan menerapkan teori Coach-Client Relationship berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Diller et al (2022). Teori Coach-Client Relationship menyimpulkan bagaimana hubungan antara coach dan klien, yang juga dikenal sebagai coachee, dapat digunakan untuk memprediksi keberhasilan suatu proses coaching melalui pengukuran aliansi kerja dalam hal penetapan tujuan dan tugas, empati yang dirasakan, dukungan kebutuhan, dan kedekatan antara pelatih dan klien. Memfasilitasi pembentukan pemahaman terkait makna perubahan di antara individu dalam organisasi merupakan faktor penting yang perlu diprioritaskan oleh organisasi dan pemimpin pada tahap awal perubahan organisasional (Heuvel et al, 2013). Oleh karena itu, penelitian ini juga menguji teori ADKAR model oleh Hiatt (2006) sebagai variabel dependen melalui pengukuran kesadaran, keinginan, pengetahuan, kemampuan, dan dukungan yang dirasakan oleh peserta Ideation 3 dalam proses coaching. Model ADKAR dapat mencerminkan dinamika perubahan tingkat individu dalam hal aktivitas pengembangan kompetensi individu. Selain itu, Ideation 3 juga memfasilitasi proses pemecahan masalah inovatif sebagai proyek kelompok. Menurut Wageman (2006) dalam Team Survey Diagnostic-nya, salah satu variabel yang dapat dipertimbangkan untuk memahami efektivitas suatu kegiatan tim adalah melalui kriteria proses. Teori Team Effectiveness - Process Criteria diimplementasikan sebagai variabel dependen untuk melihat efektivitas coaching dalam hal fasilitasi proyek tim, dengan mengukur kriteria terkait upaya, strategi, dan pengetahuan & keterampilan efektivitas tim. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mendistribusikan kuesioner sebagai instrumen utama. Kuesioner online didistribusikan kepada 19 individu yang memenuhi kriteria yang diperlukan, termasuk sebagai peserta Ideation 3 Batch 5 dan menempati posisi sebagai pemimpin tiga tingkat di bawah dewan direksi yang berpotensi, terdiri dari Manajer di Unit Layanan, Wakil Presiden di anak perusahaan, dan Wakil Presiden Asisten. Respon dari responden kemudian diolah menggunakan aplikasi IBM SPSS 27.0 untuk mendapatkan hasil analisis Statistika Deskriptif dan Inter-Korelasi. Temuan dari penelitian ini membuktikan bahwa ketiga variabel di atas, yaitu Coach-Client Relationship, ADKAR, dan Team Effectiveness - Process Criteria, memiliki korelasi signifikan satu sama lain. Temuan penelitian ini menggarisbawahi pentingnya proses coaching yang terkoordinasi dengan baik dalam memfasilitasi kesiapan individu untuk berubah secara efektif. Lebih lanjut, temuan tersebut menunjukkan bahwa coaching tidak hanya berfokus pada perkembangan pribadi, tapi juga berdampak signifikan terhadap kerjasama dan efektivitas dalam tim. Dengan proses coaching yang tepat dan terintegrasi, individu tidak hanya dipersiapkan untuk menghadapi tantangan dan perkembangan yang dibutuhkan dalam peran kepemimpinan, tetapi juga dilengkapi untuk memberikan kontribusi positif dalam dinamika tim. Meskipun penelitian ini memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik tentang coaching sebagai metode pengembangan individu, ada beberapa batasan terkait sampel dan waktu penelitian yang terbatas. Penelitian di masa depan dengan sampel yang lebih besar dan beragam, pengumpulan data antar-kasus, dan data tambahan yang beragam diperlukan. Pengujian dengan kuesioner sebelum-dan-sesudah, diskusi kelompok forum, dan pendekatan metode campuran akan sangat menarik, termasuk berbagai tingkat kepemimpinan dan gender.