PT X adalah perusahaan konstruksi dengan klien tersebar di Jawa Tengah, Jawa Barat, Papua, Kalimantan, dan Sulawesi. Perusahaan ini mengalami masalah keuangan sejak covid-19 hingga tahun 2023 berupa ketidakmampuan pendapatan untuk menutup pengeluaran. Tidak adanya pencatatan keuangan membuat masalah keuangan tersebut sulit untuk diketahui penyebabnya. Pemilik dan manajer PT X memiliki persepsi yang berbeda terhadap masalah keuangan tersebut sehingga masalah ini merupakan masalah keuangan yang masih belum terdefinisikan dengan jelas. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan akar penyebab masalah keuangan yang dirasakan di PT X serta menemukan solusi terbaik untuk memecahkannya.
Menurut literatur dari berbagai studi sebelumnya, perusahaan konstruksi memiliki kecenderungan untuk mengalami permasalahan keuangan dibandingkan industry lainnya. Disamping itu, studi lain mengatakan bahwa untuk menyelesaikan sebuah masalah dengan efektif, diperlukan analisis untuk mengidentifikasi akar masalah. Informan yang terlibat dalam penyelesaian masalah ini ialah pemilik dan 3 manajer PT X. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa masalah ini disebabkan oleh keputusan investasi keuangan yang buruk, beberapa juga mengatakan bahwa masalah ini karena keterlambatan pembayaran klien, sementara yang lain mengatakan bahwa masalah ini disebabkan oleh kurangnya pesanan dan adanya persaingan.
Dengan menjalankan 4 metode yang terdiri dari fault tree analysis (FTA), reverse brainstorming, value-focused thinking (VFT), dan fuzzy analytical hierarchy process (fuzzy AHP), solusi terbaik diputuskan. FTA digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah, yaitu keputusan investasi keuangan yang buruk. Sebelum beralih ke solusi, dilakukan VFT, sebuah kerangka berpikir untuk mengidentifikasi nilai dan tujuan dari solusi. Setelah itu, reverse brainstorming dilakukan untuk mencari semua solusi yang mungkin. Solusi-solusi yang ada dipertimbangkan dengan metode fuzzy AHP untuk dipilih satu solusi terbaik.
Didapat bahwa akar masalah adalah keputusan investasi yang buruk, serta didapat bahwa kontrol dan kesederhanaan adalah nilai dan tujuan yang dipertimbangkan pemilik PT X dalam memilih solusi. Tiga alternatif solusi yaitu meminta bantuan kepada konsultan keuangan, merekrut analis keuangan, dan melatih manajer keuangan saat ini, dianalisis menggunakan fuzzy AHP dengan kesesuaian konteks, keberlanjutan, waktu yang dibutuhkan, dan biaya sebagai kriteria. Ditemukan bahwa melatih manajer keuangan saat ini adalah alternatif terbaik yang akan dipilih.
Dengan menggunakan ADKAR change management model, solusi ini direncanakan untuk dilaksanakan dalam 4 minggu pada bulan Januari, yang terdiri dari pelatihan laporan keuangan dan pelatihan studi kelayakan investasi.
Pada akhirnya, akar penyebab masalah keuangan yang dirasakan di PT X adalah keputusan investasi yang buruk, sementara solusi terbaik untuk memecahkannya yaitu dengan melatih manajer keuangan saat ini. Untuk meningkatkan kapabilitas manajer finansial, diperlukan penyesuaian terhadap ketangkasan belajar dan terhadap situasi bisnis yang selalu berubah. Untuk menangani permasalahan keuangan di PT X, tetap diperlukan eksplorasi sistematis dan mendalam dari berbagai aspek lainnya. Penting untuk terus mempertimbangkan akar penyebab keputusan investasi yang buruk dan mencari solusi yang sesuai dengan kondisi keuangan saat ini. Membangun budaya terbuka, terutama dari kepemimpinan, dapat bermanfaat untuk pengembangan masa depan PT X.