digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Wisnu Wijaya Jati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Wisnu Wijaya Jati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Wisnu Wijaya Jati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Wisnu Wijaya Jati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Wisnu Wijaya Jati
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Wisnu Wijaya Jati
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Wisnu Wijaya Jati
PUBLIC Alice Diniarti

Cekungan Akimeugah merupakan cekungan yang berada dibadan burung Papua, namun cekungan ini belum memiliki lapangan produksi migas. Pada cekungan ini ditemukan rembesan minyak dan gas bumi yang dilaporkan pada saat survei seismik berlangsung. Serta sumur yang dibor memperlihatkan keberadaan hidrokarbon dan jejak hidrokarbon yaitu pada sumur KM-1 dan KR-1. Hal ini menandakan adanya sistem petroleum yang bekerja pada cekungan ini. Faktor lain yang membuat cekungan ini menarik adalah pada bagian barat tepatnya di Papua Nugini, cekungan yang berada di badan burung Papua dengan tatanan geologinya hampir sama telah banyak ditemukan minyak dan gas bumi serta telah diproduksi. Tidak ada akumulasi hidrokarbon pada sumur KM-1 dan KR-1 menandakan ada elemen dan proses dalam sistem petroleum yang kurang baik. Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengevaluasi sistem petroleum yang ada pada daerah penelitian. Eveluasi system petroleum meliputi evaluasi batuan induk, reservoir, batuan tudung, perangkap, dan migrasi. Tujuan evaluasi ini untuk mengevaluasi system petroleum yang tidak bekerja dengan baik. Sehingga dapat diketahui penyebab tidak adanya akumulasi pada sumur KM-1 dan KR-1 Berdasarkan evaluasi batuan induk, interval Miosen (tipe III), Kapur (tipe II/III), dan Jura (tipe II/III) merupakan batuan induk potensial (TOC>1). Jendela kematangan agar hidrokarbon dapat mengalami ekspulsi yaitu pada 2447,5 m, estimasi generasi hidrokarbon sebesar 280,33 x 1010 bbl untuk minyak dan 15,714 tcf untuk gas. Interval reservoir potensial adalah interval Miosen, interval Kapur, dan interval Silur-Devon. Batuan tudung yang berpotensi adalah pada interval Miosen, Kapur, dan Jura. Migrasi hidrokarbon diperkirakan mulai ketika Miosen – Plistosen hingga sekarang. Perangakap yang terbentuk berupa pinnacle reef (stratigrafi) dan basement drape (struktur). Penyebab kegagalalan sumur pada interval Miosen adalah batuan induk tergolong early mature sehingga hidrokarbon yang mengalami ekspulsi dan migrasi masih cukup rendah. Pada interval Jura disebabkan oleh perangkap hidrokarbon yang tidak efektif. Sementara pada interval Silur-Devon disebabkan oleh kualitas reservoir yang buruk (tight).