ABSTRAK Surya Gemilang Adi Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Asam-asam lemak adalah salah satu produk hulu pengolahan lemak atau minyak-lemak, yang
dapat diolah lanjut untuk produksi bahan-bahan bakar nabati (BBN) maupun produk-produk
oleokimia. Karena ini, makin rendah biaya produksi asam lemak maka akan kian berkelayakan
ekonomi dan kian tinggi daya saing industri berbasis nabati terhadap industri berbasis fosil.
Dewasa ini, asam-asam lemak relatif masih mahal, karena lazim diproduksi dengan teknologi
Colgate-Emery yang menghidrolisis trigliserida oleh air tanpa katalis pada temperatur dan
tekanan tinggi (? 50 bar, 250 oC). Karena ini, dibutuhkan teknologi hidrolisis alternatif yang
beroperasi pada tekanan rendah (? atmosferik) dan temperatur paling tinggi di sekitar titik
didih normal air, sehingga berpotensi menghasilkan asam-asam lemak yang relatif murah.
Aveldano dan Horrocks (1983) berhasil menghidrolisis sempurna minyak lemak dalam waktu
hanya 45 menit pada 100 °C atau 4 jam pada 70 °C dengan menggunakan larutan ½ M HCl di
dalam campuran asetonitril – air bernisbah 90/10 v/v (atau 71/10 w/w), tetapi pada
perbandingan minyak/larutan-penghidrolisis relatif kecil (? 50 g/L). Penelitian yang hasilnya
dilaporkan di sini, mengksplorasi kemungkinan diterapkannya sistem hidrolisis Aveldano dan
Horrocks tersebut pada nisbah minyak/larutan-penghidrolisis yang jauh lebih besar.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perbandingan minyak/larutan-penghidrolisis
370 g/L, hidrolisis minyak-lemak yang praktis sempurna dapat dicapai dalam waktu sekitar 25
jam pada kondisi refluks (? 76 oC) dengan larutan penghidrolisis 0,4 M HCl dalam pelarut
asetonitril – air bernisbah 80/18 w/w. Untuk mempersingkat waktu proses menjadi ? 4 jam,
hidrolisis/refluks tampaknya perlu dilakukan pada temperatur lebih tinggi, yaitu 98 oC (tekanan
operasi 2 bar) atau 112 oC (tekanan operasi 3 bar). Studi “titrasi asam basa” menunjukkan
kelainan tingkat keasaman dan kandungan ion H+ larutan penghidrolisis
(akibat kehadiran dominan asetonitril) dari larutan akuatik HCl bermolaritas sama dan, karenanya, membantu
menerangkan alasan-alasan keaktifannya.