Prediksi mengenai dinamika aliran dan gerusan lokal merupakan hal penting dalam
mendesain saluran karena efek yang terjadi pada perubahan bentuk sungai,
khususnya pada penapang berbentuk compound channel. Tukad Unda merupakan
salah satu Sungai di Indonesia terletak di Provinsi Bali yang memiliki bentuk
penampang Sungai compound channel. Hal ini merupakan bentuk dari normalisasi
Sungai Tukad Unda yang semula tertutup karena letusan Gnung Agung pada tahun
2020. Normalisasi bentuk compound channel dilakukan pada tahun 2023 dengan
dinding beton pracetak atau Schematic Precast Sistem (SPS) sebagai perkuatan
dinding.
Compound channel memiliki dua dimensi yang berbeda yaitu main channel dan
flood plain. Perbedaan dimensi tersebut menimbulkan perbedaan aliran, kecepatan
aliran lebih cepat terjadi di main channel dan kecepatan lebih lambat terjadi di flood
plain. Perbedaan kecepatan tersebut menimbulkan aliran sekunder dan membentuk
aliran vortex di sepanjang aliran khususnya di area antarmuka antara main channel
dan flood plain. Adanya pola dinamika tersebut menimbulkan adanya gerusan di
compound channel.
Dengan kompleksitas aliran tersebut, compound channel disimulasi menggunakan
perangkat lunak iRIC dengan solver NaysCUBE secara tiga dimensi dan solver
Nays2DH secara dua dimensi. Data morfologi yang digunakan berasal dari data
pengukuran pada desain perencanaan compound channel Tukad Unda kemudian
ii
untuk input yang digunakan adalah data hasil analisis hidrologi dengan kala ulang
50 tahun (Q50) dan data pasang surut. Persamaan NaysCUBE menggunakan
persamaan Reynold Average Navier-Stokes (RANS) dan Nays2DH menggunakan
beda hingga. Untuk transport sedimen menggunakan persamaan Meyer-Peter
Muller dengan zero equation model.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan NaysCUBE menunjukkan pola aliran yang
terjadi di compound channel memiliki vortisitas dominan di area main channel
kemudian terdapat vortisitas di flood plain. Bentuk pola aliran tampak berbentuk
heliks di area belokan. Prediksi kecepatan aliran yang dilakukan dengan Model
Shiono & Knight Method (SKM) dapat memprediksi kecepatan aliran di compound
channel dengan perbedaan pemodelan Nays2DH sebesar 4.579%. Kemudian
simulasi dengan Nays2DH menunjukkan pola aliran dengan outlet pasang surut
mempengaruhi pola aliran yang cukup terlihat di area bagian hilir yaitu STA 4
berjarak 300 meter dari hilir. Aliran yang terjadi di compound channel didominasi
oleh aliran subkritis dimana nilai Froude number < 1. Namun aliran kritis terlihat
saat t=11 jam di STA 4 di compound channel dengan outlet free flow dengan
kedalaman aliran sebesar 0.037 meter. Gerusan terjadi di main channel dan flood
plain. Pada compound channel tanpa SPS, penurunan elevasi dasar tertinggi terjadi
di area belokan STA 9 yaitu 0.691 meter pada bagian antarmuka. Pada compound
channel dengan SPS, penurunan elevasi dasar tertinggi terjadi di STA 9 yaitu tepat
di belokan sebesar 0.134 meter pada area flood plain. Pemasangan SPS mereduksi
gerusan pada dinding namun gerusan tetap terjadi di area flood plain, hal ini dapat
menimbulkan keruntuhan beton pracetak pada dinding compound channel. Pada
desain compound channel selanjutnya dapat dilakukan dengan pemasangan
vegetasi di area flood plain untuk mengurangi gerusan yang terjadi.