digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada tahun 2019 Presiden Joko Widodo menetapkan dua wilayah di Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi pembangunan ibu kota baru yaitu Kabupaten Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Akibat terpilihnya Kabupaten Penajam Paser Utara tepatnya Kecamatan Sepaku menjadi kawasan ibu kota negara yang baru mengakibatkan dalam waktu beberapa tahun ke depan daerah tangkapan air Sungai Sanggai akan mengalami perubahan tata guna lahan. Ini dilakukan untuk mendukung keberlangsungan pemindahan Ibukota baru dan kebutuhan aktifitas di IKN itu sendiri sehingga perlu antisipasi dalam mereduksi efek negatif dari perubahan tata guna lahan tersebut. Kajian ini membahas tentang pengaruh perubahan tata guna lahan akaibat adanya pembangunan Ibukota Negara Nusantara. Perubahan tata guna lahan akan berakibat pada perubahan debit banjir yang terjadi di kawasan tersebut sehingga perlu adanya penelitian terhadap efek dari pemindahan ibukota negara tersebut dan meminimalisir efek negatif apabila terjadi seperti potensi banjir. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis hidrologi, analisis pasang surut, dan analisis hidrolika. Pemodelan banjir dilakukan dengan menggunakan HEC-RAS dengan model 1-D dan 2-D dengan menggunakan debit kala ulang 2 tahun dan 100 tahun sebagai batas hulu dan HWL pasang surut sebagai batas hilir dari pemodelan sementara pemodelan sedimen dilakun dengan quasy-unsteady dan rating curve sedimen pada batas hulu serta hidrograf pasang surut sebagai batas hilir. Pemodelan banjir dilakukan dengan beberapa skenario kombinasi antara debit, geometri dan banguna pengendali banjir yang saat ini sedang dibangun saat ini yaitu Kolam Retensi dan Bottom Controller/Groundsill. Sedangkan untuk pemodelan perubahan dasar sungai dilakukan dengan menggunakan debit harian dan pasang surut. Selain itu ada pula skenario tambahan berupa usulan/alternatif penanganan banjir dan sedimentasi yang meliputi normalisasi, pelebaran sungai, pembangunan tanggul dan penambahan jumlah bangunan Bottom Controller/Groundsill. Luaran yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa pengaruh perubahan tata guna lahan akibat adanya pembangunan IKN terhadap debit banjir, kecepatan aliran, dan bagaimana perubahan dasar sungai yang terjadi sebelum dan setelah adanya pembangunan bottom controller/groundsil. Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan, perubahan tata guna lahan di daerah tangkapan Sungai Sanggai mengakibatkan perubahan nilai CN yaitu pada kondisi eksisting sebesar 76.88 dan setelah adanya pembangunan IKN sebesar 79. Perubahan Nilai CN ini mengakibatkan perubahan debit banjir periode ulang 2 tahun yaitu 91.32 m3/s pada kondisi eksisting dan 100.01 m3/s setelah adanya pembangunan IKN. Dalam pemodelan banjir dengan debit periode ulang 2 tahun terdapat limpasan pada ruas hilir (hutan mangrove) serta ruas tengah sungai sanggai berkisar antara 0.1 – 2.5 m pada semua skenario. Pengaruh bottom controller/groundsill pada pemodelan sedimen mampu menurunkan degradasi sebesar 0.3 cm/tahun (eksisting 17.5 cm//tahun dan desain bottom controller 17.2 cm/tahun). Dari hasil tersebut yang masih mengalami limpasan dan degradasi dasar saluran maka diusulkan 4 skenario usulan. Apabila tidak mempertimbangkan biaya maka terdapat salah satu usulan yang terbaik karena mampu menurunkan tinggi muka air rata-rata sebesar ± 26 cm, menurunkan rata-rata kecepatan aliran sebesar ± 0.38 m/s, penurunan rata-rata degradasi dasar salura sebesar ± 11.6 cm/tahun dan mengurangi laju erosi sebesar ± 242.97 ton/tahun. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan terkait penanggulangan banjir dan sedimentasi/erosi di Sungai Sanggai, sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang mungkin akan terjadi di wilayah tersebut.