digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Alif Dui Oktavianto.pdf
Terbatas  Asep Kusmana
» Gedung UPT Perpustakaan

Pengelolaan persampahan yang saat ini dilakukan di Kabupaten Bandung Barat adalah kumpul-angkut-buang dengan wilayah pelayanan persampahan hanya terbatas pada 9 kecamatan dari total 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Dari 9 kecamatan yang dilakukan pelayanan hanya di daerah perkotaan, sedangkan masyarakat di wilayah perdesaan saat ini penanganan persampahan dilakukan cara membakar, menimbun, membuang di lahan terbuka, maupun ada yang dibuang ke sungai. Kabupaten Bandung Barat membuang sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga ke TPA Sarimukti yang saat ini sudah overcapacity. Oleh karena itu, Kabupaten Bandung Barat melalui pinjaman (loan) oleh world bank akan membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dalam upaya pengurangan sampah di Kabupaten Bandung Barat. Fasilitas ini direncanakan dibangun di Kecamatan Batujajar, Desa Batujajar Timur. Perancangan dilakukan dengan melakukan sampling timbulan sampah di Kecamatan Batujajar berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat. Hasil sampling sampah menunjukkan rerata total berat, volume, dan densitas sampah berturut-turut sebesar 0,30 kg/orang/hari, 0,0022 m3/orang/hari, dan 137,40 m3/kg. Sampah organik merupakan jenis sampah dengan komposisi paling besar yaitu 53,60% dan jenis sampah plastik di urutan kedua dengan komposisi sebesar 20,87%. Sampah organik yang terdiri dari sampah sisa makanan akan diolah dengan pengolahan pengomposan karena memiliki kandungan C/N sebesar 11,23%. Sedangkan sampah tercampur yang terdiri dari sampah sisa makanan, kayu, daun, kertas, karton, karet/kulit, kain/tekstil, serta plastik akan diolah dengan pengolahan RDF karena memiliki kandungan nilai kalor sebesar 3053,38 kkal/kg. Dalam menentukan teknologi pengolahan yang akan digunakan di TPST maka diperlukan beberapa alternatif pengomposan dan RDF. Untuk alternatif pengolahan pengomposan terdapat pengolahan dengan windrow composting, sistem balok, dan vermicomposting. Adapun alternatif pengolahan RDF terdapat pengolahan dengan bio drying, thermal drying, dan solar drying. Penentuan teknologi lebih lanjut dilakukan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) sehingga didapatkan alternatif windrow composting untuk pengolahan sampah secara pengomposan karena pengolahan ini mampu menghasilkan kompos dengan iv kualitas yang baik serta loading capacity yang besar dan bio drying untuk pengolahan sampah secara RDF karena kemampuannya untuk mereduksi kadar air hingga 50%. Untuk menentukan kebutuhan perancangan maka perlu diketahui target dan jumlah sampah yang masuk pada dua puluh tahun kedepan dengan proyeksi menggunakan metode eksponensial maka didapatkan sekitar 85 ton/hari sampah yang akan masuk ke TPST serta tingkat pengurangan di sumber dan pelayanan yang ingin dicapai sebesar 30% dan 100%. Adapun biaya yang diperlukan untuk membangun TPST Batujajar Timur beserta pembelian lahan sebanyak Rp10.585.000.000 atau Rp1.070.598/m2, dengan biaya operasional per tahun sekitar Rp1.600.077.900 atau Rp51.574/ton. Dari skenario penjualan produk RDF, kompos, serta retribusi akan didapatkan hasil pendapatan sebanyak Rp10.060.460.000 untuk skenario tertinggi dan sebanyak Rp5.030.230.000 untuk skenario terendah. Sehingga dapat ditinjau dari nilai NPV dalam 20 tahun dari proyek ini pada skenario tertinggi sebesar positif Rp105.586.497.119 dan skenario terendah sebesar positif Rp46.700.709.610. Maka dari segi ekonomi, proyek ini dinilai layak untuk dijalankan.