Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berperan sebagai penyedia layanan
kesehatan primer dalam sistem kesehatan Indonesia. Kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan primer dapat terpenuhi dengan baik apabila
kapasitas pelayanan yang tersedia memadai. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis gap antara kebutuhan dan kapasitas dari fasilitas kesehatan primer
yang ada di Kabupaten Bandung. Dari 185 FKTP yang dianalisa, terdapat 125
FKTP yang mengalami overcapacity, 58 FKTP mengalami undercapacity, dan 4
FKTP dinilai optimal. Adanya gap antara kebutuhan dan kapasitas perlu diatasi
dengan adanya pemerataan jumlah peserta BPJS yang terdaftar di FKTP dengan
rasio dokter dan jumlah peserta BPJS 1 : 6250. agar kebutuhan pelayanan
kesehatan primer bagi masyarakat di Kabupaten Bandung dapat terpenuhi.
Adanya gap yang terjadi saat ini diharapkan dapat mendorong pemerataan jumlah
peserta BPJS kesehatan di FKTP pemerintah dan swasta dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat. Pemerataan ini akan berdampak positif pada
pendapatan klinik, namun perlu diimbangi dengan kemampuan klinik dalam
mengelola biaya dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dilakukan simulasi
keuangan menggunakan data keuangan Klinik Pratama KITA untuk mendapatkan
gambaran potensi pendapatan dan biaya serta profitability ratio ke depannya.
Untuk menentukan strategi yang tepat mengelola potensi pendapatan dan biaya,
dilakukan scenario planning dengan key focal issue keberlanjutan usaha klinik
dalam 10 tahun ke depan dengan profitability ratio yang sehat.
Dilakukan analisis menggunakan SWOT, PESTEL external analysis, dan McKinsey
7S untuk internal analysis untuk menetapkan driving forces. Didapatkan tiga
critical uncertainties berdasarkan tiga analisis tersebut yaitu governmance policy,
consumer behaviour and life style, dan asset utilization yang melahirkan empat
scenario, yaitu affluent optimization, affluent equilibrium, frugal challengs, dan
frugal paradox.
Mengukur kondisi klinik dan kemungkinan yang akan dihadapi, strategi bisnis yang
dilakukan adalah mengubah scenario frugal paradox menjadi frugal challenges
dan secara bertahap mencapai scenario affluent optimization. Kebijakan
pemerintah dalam mengatasi gap demand and supply dapat mempercepat
tercapainya scenario affluent optimization, namun perlu diiringi kesiapan klinik
dalam mengelola semua sumber dayanya menghadapi kondisi tersebut.