digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cekungan Banggai merupakan salah satu cekungan dengan tatanan fold-thrust belt (FTB) yang prolifik menghasilkan hidrokarbon di Kawasan Timur Indonesia. Hidrokarbon yang dihasilkan dari Cekungan Banggai berasal dari sistem petroleum berumur Kenozoikum, sedangkan sistem petroleum berumur Mesozoikum belum terbukti di cekungan ini. Cekungan dengan tipe sejenis di Kawasan Timur Indonesia seperti Buton, Seram, Timor, dan Papua, sudah terbukti untuk sistem petroleum berumur Mesozoikum. Oleh karena itu, tesis ini bermaksud untuk memahami secara menyeluruh sistem petroleum Cekungan Banggai dengan melakukan studi geokimia organik sampel batuan induk berumur Mesozoikum dan Kenozoikum serta korelasinya dengan minyak dan gas bumi yang hadir di Cekungan Banggai. Tesis ini menggunakan data geokimia batuan induk sebanyak 1.290 sampel dari sembilan formasi berumur Trias hingga Pliosen, 20 sampel minyak bumi, dan 21 sampel gas bumi. Sampel batuan sedimen kemudian diseleksi berdasarkan nilai karbon organik total (TOC) sebesar 1% dan S2 sebesar 5 mg HC/g batuan induk untuk mempertahankan kualitas data, sehingga didapatkan 73 data geokimia batuan. Data geokimia minyak dan gas bumi berasal dari data rembesan dan sumur dari Lapangan Tiaka, Senoro, Donggi, serta Matindok. Data tersebut dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui genesa dan asal dari minyak dan gas bumi. Data geokimia minyak bumi dilakukan juga analisis statistik multivariat dengan metode hierarchical clustering analysis (HCA). Analisis batuan induk telah dilakukan pada 73 data geokimia batuan dari sembilan formasi yang meliputi kualitas, kuantitas, dan kematangan batuan induk. Terdapat dua formasi batuan berumur Kenozoikum (Formasi Matindok dan Formasi Tomori) dan satu formasi batuan berumur Mesozoikum (Formasi Tokala) yang menjadi batuan induk efektif. Terdapat dua formasi batuan yang berumur Mesozoikum, yaitu Formasi Nambo/Buya dan Formasi Bobong yang menjadi batuan induk terduga. Analisis biomarker dari Formasi Matindok, Formasi Nambo/Buya, dan Formasi Bobong, menunjukkan ketiga formasi diendapkan dalam lingkungan transisi yang lebih mengarah ke terestrial dengan material organik yang didominasi oleh tumbuhan tingkat tinggi. Formasi Tomori dan Formasi Tokala menunjukkan lingkungan pengendapan berupa lingkungan transisi yang lebih mengarah ke marine dengan material organik yang didominasi oleh alga atau bakteri. Minyak bumi dibagi menjadi tiga famili berdasarkan analisis biomarker dan statistik multivariat HCA, yaitu Famili 1 didominasi oleh campuran material organik asal tumbuhan tingkat tinggi dan alga, Famili 2 didominasi oleh material alga atau plankton dengan kehadiran oleanana, dan Famili 3 didominasi oleh material alga atau plankton tanpa kehadiran oleanana. Analisis korelasi batuan induk dengan minyak bumi menunjukkan bahwa minyak bumi Famili 1 berkorelasi dengan Formasi Matindok (Miosen Tengah), Famili 2 berkorelasi dengan Formasi Tomori (Miosen Awal), dan Famili 3 berkorelasi dengan Formasi Tokala (Trias akhir-Jura Awal). Famili 3 berkorelasi juga dengan minyak bumi di Cekungan Seram dan Cekungan Buton, sehingga dipastikan sistem petroleum Mesozoikum di Cekungan Banggai sudah terbukti. Asal dan genesa gas bumi Cekungan Banggai dibagi menjadi dua tipe yaitu gas termogenik dan gas biogenik. Gas biogenik berkorelasi dengan Celebes Molasse, gas termogenik yang hadir di Lengan Timur Pulau Sulawesi berkorelasi dengan Formasi Matindok atau Tomori, dan gas termogenik di Pulau Mangole berkorelasi dengan Formasi Nambo/Buya atau Bobong.