Cekungan Banggai merupakan salah satu cekungan dengan tatanan fold-thrust belt
(FTB) yang prolifik menghasilkan hidrokarbon di Kawasan Timur Indonesia.
Hidrokarbon yang dihasilkan dari Cekungan Banggai berasal dari sistem petroleum
berumur Kenozoikum, sedangkan sistem petroleum berumur Mesozoikum belum
terbukti di cekungan ini. Cekungan dengan tipe sejenis di Kawasan Timur
Indonesia seperti Buton, Seram, Timor, dan Papua, sudah terbukti untuk sistem
petroleum berumur Mesozoikum. Oleh karena itu, tesis ini bermaksud untuk
memahami secara menyeluruh sistem petroleum Cekungan Banggai dengan
melakukan studi geokimia organik sampel batuan induk berumur Mesozoikum dan
Kenozoikum serta korelasinya dengan minyak dan gas bumi yang hadir di
Cekungan Banggai.
Tesis ini menggunakan data geokimia batuan induk sebanyak 1.290 sampel dari
sembilan formasi berumur Trias hingga Pliosen, 20 sampel minyak bumi, dan 21
sampel gas bumi. Sampel batuan sedimen kemudian diseleksi berdasarkan nilai
karbon organik total (TOC) sebesar 1% dan S2 sebesar 5 mg HC/g batuan induk
untuk mempertahankan kualitas data, sehingga didapatkan 73 data geokimia
batuan. Data geokimia minyak dan gas bumi berasal dari data rembesan dan sumur
dari Lapangan Tiaka, Senoro, Donggi, serta Matindok. Data tersebut dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui genesa dan asal dari minyak dan
gas bumi. Data geokimia minyak bumi dilakukan juga analisis statistik multivariat
dengan metode hierarchical clustering analysis (HCA).
Analisis batuan induk telah dilakukan pada 73 data geokimia batuan dari sembilan
formasi yang meliputi kualitas, kuantitas, dan kematangan batuan induk. Terdapat
dua formasi batuan berumur Kenozoikum (Formasi Matindok dan Formasi Tomori)
dan satu formasi batuan berumur Mesozoikum (Formasi Tokala) yang menjadi
batuan induk efektif. Terdapat dua formasi batuan yang berumur Mesozoikum,
yaitu Formasi Nambo/Buya dan Formasi Bobong yang menjadi batuan induk
terduga. Analisis biomarker dari Formasi Matindok, Formasi Nambo/Buya, dan
Formasi Bobong, menunjukkan ketiga formasi diendapkan dalam lingkungan
transisi yang lebih mengarah ke terestrial dengan material organik yang didominasi
oleh tumbuhan tingkat tinggi. Formasi Tomori dan Formasi Tokala menunjukkan
lingkungan pengendapan berupa lingkungan transisi yang lebih mengarah ke
marine dengan material organik yang didominasi oleh alga atau bakteri.
Minyak bumi dibagi menjadi tiga famili berdasarkan analisis biomarker dan
statistik multivariat HCA, yaitu Famili 1 didominasi oleh campuran material
organik asal tumbuhan tingkat tinggi dan alga, Famili 2 didominasi oleh material
alga atau plankton dengan kehadiran oleanana, dan Famili 3 didominasi oleh
material alga atau plankton tanpa kehadiran oleanana. Analisis korelasi batuan
induk dengan minyak bumi menunjukkan bahwa minyak bumi Famili 1 berkorelasi
dengan Formasi Matindok (Miosen Tengah), Famili 2 berkorelasi dengan Formasi
Tomori (Miosen Awal), dan Famili 3 berkorelasi dengan Formasi Tokala (Trias
akhir-Jura Awal). Famili 3 berkorelasi juga dengan minyak bumi di Cekungan
Seram dan Cekungan Buton, sehingga dipastikan sistem petroleum Mesozoikum di
Cekungan Banggai sudah terbukti. Asal dan genesa gas bumi Cekungan Banggai
dibagi menjadi dua tipe yaitu gas termogenik dan gas biogenik. Gas biogenik
berkorelasi dengan Celebes Molasse, gas termogenik yang hadir di Lengan Timur
Pulau Sulawesi berkorelasi dengan Formasi Matindok atau Tomori, dan gas
termogenik di Pulau Mangole berkorelasi dengan Formasi Nambo/Buya atau
Bobong.