Bekerja di perkebunan kelapa sawit sering kali melibatkan masalah ergonomi yang
dapat berdampak pada keluhan gangguan otot rangka. Penelitian sebelumnya
mengungkapkan sebanyak 87,1% pekerja sawit mengeluhkan nyeri punggung
bagian bawah, 94,3% mengeluhkan nyeri punggung bagian atas hingga prevalensi
total gangguan otot rangka pada bagian tubuh manapun selama 12 bulan terakhir
sebesar 93%. Beberapa penelitian mengungkapkan faktor risiko yang terkait
dengan keluhan gangguan otot rangka pada pekerja kelapa sawit, diantaranya
adalah faktor risiko individu, fisik dan pekerjaan. Adapun faktor risiko psikososial
dan organisasi belum dikaji pada pekerja kelapa sawit. Padahal pekerja kelapa sawit
di Indonesia sering kali dihadapkan pada masalah psikososial seperti rendahnya
upah, ketidakpuasan kerja, kurangnya otonomi dan dukungan sosial serta beban
kerja yang tinggi. Selain itu pekerja kelapa sawit juga dihadapkan pada masalah
organisasi seperti target kerja harian yang tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengembangkan model faktor risiko gangguan otot rangka pada
pemanen kelapa sawit. Faktor risiko yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari
risiko fisik, pekerjaan, psikososial dan organisasi. Penelitian cross sectional
dilakukan di antara 211 pemanen perkebunan kelapa sawit di PTPN VIII Desa
Sukamaju, Parakansalak, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat untuk melihat
hubungan kelima faktor risiko tersebut terhadap keluhan gangguan otot rangka.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2022. Kuesioner umum
disebar ke seluruh partisipan. Kuesioner berisi pertanyaan tertutup yang
diintegrasikan dengan kuesioner berisi pekerjaan milik Karasek (Karasek’s Job
Content Questionnaire), kuesioner ERI (Effort Reward Imbalance) yang
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia serta kuesioner Nordic yang digunakan
untuk menentukan keluhan gangguan otot rangka pada seluruh bagian tubuh.
Terdapat 61 indikator yang digunakan untuk mengukur 5 konstruk penelitian. Data
yang didapat diolah menggunakan metode PLS SEM dengan bantuan perangkat
lunak SmartPLS.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa risiko fisik, pekerjaan, psikososial dan
organisasi signifikan berpengaruh pada kehadiran keluhan gangguan otot rangka
pada pemanen kelapa sawit. Indikator dari faktor risiko yang terlibat dalam
kehadiran keluhan gangguan otot rangka selama 7 hari dan 12 bulan terakhir
diantaranya beban pekerjaan yang berat seperti mengangkat dan mendorong beban
yang berat serta posisi janggal saat bekerja (risiko fisik), durasi kerja dan waktu
istirahat (risiko pekerjaan), beban psikologis, keleluasaan membuat keputusan saat
bekerja dan dukungan sosial berupa hubungan kerja dan bantuan dari supervisor
atau rekan kerja (risiko psikososial) dan timbal balik dari supervisor atau rekan
kerja atas pekerjaan yang telah dilakukan serta tekanan waktu atas target pekerjaan
yang diberikan (risiko organisasi). Rancangan intervensi dibuat secara
multifaktoral yang didasari oleh indikator dari seluruh faktor risiko yang signifikan
berpengaruh pada keluhan gangguan otot rangka selama 7 hari dan 12 bulan
terakhir. Berdasarkan hal tersebut, rancangan intervensi yang dikembangkan untuk
mengurangi keluhan gangguan otot rangka adalah perbaikan disain atau
pembaharuan alat untuk mengangkat dan memanen, pelatihan ergonomi dan
dukungan alat bantu, promosi kesehatan dan keselamatan kerja secara periodik
dengan pengawasan yang ketat, perbaikan kebijakan mengenai rancangan kerja
pemanen kelapa sawit, peningkatan imbalan kerja berupa penyesuaian gaji
pemanen agar sesuai dengan UMK Kota Sukabumi dan perbaikan implementasi
pengarahan pagi / sore.