Kawasan Wisata Pangandaran merupakan salah satu kawasan strategis yang menunjang berbagai kegiatan ekonomi maupun sosial. Keberadaan Kawasan strategis ini terancam bencana gempa tsunami khususnya dari megathrust di Pesisir Selatan Pulau Jawa. Mengingat adanya potensi bencana tsunami, diperlukan upaya untuk mengurangi risiko bencana, salah satunya dengan melakukan evakuasi. Agar evakuasi berjalan efektif maka diperlukan perencanaan evakuasi. Dalam membuat rencana evakuasi diperlukan informasi terkait perilaku pengungsi dalam melaksanakan evakuasi, waktu evakuasi, serta tempat evakuasi yang sesuai di Kawasan Wisata Pangandaran. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan identifikasi perilaku evakuasi masyarakat dan pembuatan model evakuasi tsunami dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif sebagai dasar dari perencanaan evakuasi. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan survei kuisioner untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat dalam melakukan evakuasi serta dilakukan pengembangan model evakuasi tsunami untuk memperoleh informasi yang komprehensif sebagai dasar perencanaan evakuasi. Hasil kuisioner menunjukan bahwa masih terdapat warga yang memilih evakuasi setelah melihat gelombang datang. Selain itu, mayoritas warga memilih menggunakan kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan kemacetan saat evakuasi. Adapun hasil pemodelan evakuasi ini menunjukan bahwa seluruh pengungsi dapat mencapai tempat evakuasi sebelum gelombang pertama datang jika pada saat merasakan gempa seluruh masyarakat langsung melakukan evakuasi. Namun, jika waktu mulai evakuasi masyarakat berbeda-beda, dimana terdapat masyarakat yang baru melakukan evakuasi setelah gelombang pertama datang maka waktu tempuh yang dibutuhkan masyarakat untuk mecapai tempat evakuasi lebih dari 60 menit. Dari hasil simulasi juga diketahui bahwa waktu tempuh untuk menuju 9 TES (3 TES utama dan 6 TES alternatif) lebih cepat dibandingkan dengan waktu tempuh menuju 3 TES utama saja. Oleh karena itu, penggunaan TES alternatif merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko korban jiwa akibat bencana tsunami tersebut.