digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Ike Endah Rachmawati
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Ike Endah Rachmawati
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Ike Endah Rachmawati
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Ike Endah Rachmawati
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Ike Endah Rachmawati
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Ike Endah Rachmawati
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Ike Endah Rachmawati
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Proses merger (penggabungan) dan acquisition (akuisisi atau pengambilalihan) seringkali menjadi salah satu cara yang dipilih oleh perusahaan ketika mereka ingin memperlebar portofolio and memperluas operasi mereka. Proses akuisisi ini jugalah yang dipilih oleh PT Merah Putih Biru ketika mereka ingin memperluas bisnis pelumas mereka di Indonesia ketika pada tahun 2018 mereka mengakuisisi PT Merah Putih Biru. PT Merah Putih Biru adalah salah satu produsen pelumas terbesar di Indonesia yang telah berdiri hampir 30 (tigapuluh) tahun yang lalu. Diakusisi (oleh PT ELI) setelah hampir 30 tahun beroperasi, mungkin menjadi hal yang tidak diduga sebelumnya baik secara organisasi itu sendiri maupun oleh para karyawannya dimana budaya perusahaan antara PT ELI (perusahaan multinasional) dan PT Merah Putih Biru (perusahaan Indonesia) sangatlah berbeda. Setelah proses akuisisi, para pimpinan di perusahaan menyadari bahwa memang terdapat perbedaan budaya perusahaan umumnya, dan budaya keselamatan khususnya (antara PT ELI dan PT Merah Putih Biru). Sebagai pintu masuk utama sebelum menuju kepada karyawan di perusahaan, para pimpinan akan mengetahui lebih dahulu tentang perubahan (budaya) tersebut sehingga mereka diharapkan untuk dapat menjadi agen perubahan karena mereka harus mengkomunikasikan perubahan tersebut kepada seluruh karyawan. Akan tetapi, karena budaya adalah hal utama untuk dapat diterapkan oleh para pekerja, para pimpinan harus dibekali dengan keterampilan perilaku selain daripada pengetahuan tentang bisnis dan operasi. Keterampilan perilaku dibutuhkan agar para pimpinan bisa lebih percaya diri (dalam mengkomunikasikan perubahan budaya) serta tujuan agar transisi budaya di perusahaan paska proses akusisi dapat berjalan dengan lancar. Karena setiap pemimpin pasti telah memiliki gaya kepemimpinan tersendiri, maka keterampilan perilaku dibutuhkan untuk mendukung integrasi budaya dalam perusahaan dan komunikasi efektif kepada para pekerja. Untuk mewujudkan hal ini, teori Kouzes dan Posner tentang 5 (lima) Teladan Kepemimpinan dinilai sebagai teori yang paling cocok untuk diterapkan oleh para pimpinan di PT Merah Putih Biru. Teori – teori tersebut memberikan keterampilan personal dan pendekatan dari pimpinan kepada para pekerja. Di sisi lain, agar para pimpinan dapat berkomunikasi secara efektif, mereka dapat mengambil pelatihan berbasis computer (CBT) sesuai waktu luang mereka agar dapat mempertajam keterampilan v untuk berkomunikasi antar pribadi, mengingat bahwa komunikasi sangatlah penting terutama dalam lingkungan pekerjaan. Hal lain yang juga perlu di titik beratkan adalah sudut pandang pekerja terhadap perubahan tersebut dan bagaimana pimpinan mereka dapat membantu mereka untuk dapat menerapkan budaya baru serta mengatasi tantangan yang mungkin muncul saat proses integrasi budaya tersebut. Untuk mendapat masukan jujur dari pekerja, dilakukanlah proses interview dengan melibatkan narasumber yang telah bekerja di perusahaan selama 6 (enam) hingga 15 (limabelas) tahun. Pertanyaan dalam wawancara tersebut juga lebih dahulu di periksa kesesuaiannya oleh Manajer Safety karena diharapkan analisa dari hasil wawancara tersebut dapat mengatasi masalah yang dihadapi saat proses integrasi budaya. Hasil interview menunjukkan bahwa budaya di perusahaan memang berubah menjadi lebih ketat khususnya pada bidang keselamatan (kerja) dimana mereka merasakan bahwa ketatnya budaya keselamatan adalah sebuah perubahan baik. Para narasumber juga setuju bahwa perilaku pimpinan mereka juga ikut berubah menjadi lebih sadar dan lebih tanggap terhadap keselamatan pekerja. Meski demikian, mereka berharap agar pimpinan mereka dapat konsisten menerapkan perubahan yang baik ini dan dapat selalu memberi contoh yang baik bagi para pekerja. Hal ini dikarenakan tantangan yang mereka hadapi ketika integrasi budaya adalah bagaimana merubah pola pikir dan kebiasaan (bekerja) terutama pada para karyawan dengan masa bakti yang panjang. Untuk itu, sebagai cara agar program implementasi dan integrasi budaya ini terus berjalan, dibuatlah program baru disamping program yang memang sudah berjalan di perusahaan yang penerapannya akan tergantung kepada seberapa mendesak program tersebut dan dengan mempertimbangkan prioritas bisnis di perusahaan.