Pelatihan dan pengembangan karyawan diidentifikasi sebagai elemen kunci untuk
meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan. Penggunaan teknologi penunjang
seperti Learning Management System (LMS) dapat membantu dalam menciptakan
program pelatihan dan pengembangan karyawan yang efisien. Namun penggunaan
LMS memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, Learning Experience Platform (LXP)
berbasis Artificial Intelligence (AI) diusulkan sebagai solusi yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan individu. Meskipun pasar LXP global berkembang pesat, adopsi
LXP di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini berfokus pada penerimaan LXP
dalam pelatihan karyawan, menggunakan model Technology-Organization-
Environment (TOE) dan variabel persepsi pengetahuan untuk memahami faktor-
faktor yang memengaruhi adopsi LXP oleh organisasi.
Sejumlah 106 data dari pelaku pengembangan dan pelatihan karyawan di berbagai
sektor perusahaan dikumpulkan dan diolah. Metode PLS-SEM digunakan dalam
pengolahan data menggunakan perangkat lunak SmartPLS. Dari hasil pengolahan
data, didapatkan bahwa faktor efektivitas biaya berpengaruh signifikan terhadap
intensi adopsi LXP. Selain itu, faktor keuntungan relatif memediasi faktor
perspektif pengetahuan dan intensi adopsi LXP. Akan tetapi, hasil pengolahan
menunjukkan bahwa faktor dukungan pemerintah dan budaya organisasi tidak
berdampak signifikan pada intensi adopsi LXP. Penelitian juga menunjukkan
bahwa persepsi pengetahuan tidak berdampak secara langsung terhadap intensi
adopsi LXP.
Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan pengembang LXP perlu memprioritaskan
untuk mengedukasi pasar dan menetapkan harga yang terjangkau oleh pasar untuk
dapat sukses dalam mengembangkan LXP.