digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andi St Waiyah Andisa
PUBLIC Irwan Sofiyan

Insani Bara Perkasa merupakan salah satu tambang terbuka di Dusun Berambai Kalimantan Timur dengan luas 23.668 hektar are dan terbagi atas beberapa blok penambangan. Saat ini blok penambangan yang aktif yaitu Blok Mahakam dan Blok Separi. Penelitian ini dilakukan di Blok Separi yaitu area timbunan tanah penutup di dalam pit tambang atau dikenal dengan inpit dump (IPD) Pit 2. Operasional pada saat ini terhenti dikarenakan lereng pada daerah tersebut mengalami longsoran secara terus menerus selama kegiatan pembuangan tanah penutup berlangsung. Kapasitas wilayah IPD Pit 2 yang mengalami pergerakan tersebut diperkirakan dapat menampung lapisan tanah penutup batubara sebanyak 4 juta meter kubik material lepas. Konsekuensi longsoran pada area tersebut berdampak besar pada operasi penambangan karena mengakibatkan terbatasnya akses ke area yang terkena dampak dan wilayah ini belum mencapai tahap pengembangan hingga akhir desain penambangan. Sebagai respon atas permasalahan ini, dilakukan studi yang komprehensif. Oleh karena itu, dilakukanlah penyelidikan mendalam menggunakan metode analisis balik untuk mengetahui kriteria terdekat penyebab longsoran terjadi. Hipotesis penyebab dari kejadian longsor yang terjadi pada daerah penelitian adalah peningkatan muka airtanah. Metodologi penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode analisis balik menggunakan kesetimbangan batas. Melalui analisis dengan berbagai skenario yang bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor dengan menggunakan beberapa simulasi yaitu bidang gelincir non-circular dan circular, kondisi airtanah, distribusi beban alat angkut tambang, dan beban seismik hingga faktor keamanan (FK) ?1,0. Dengan mempertimbangkan temuan penelitian kali ini, simulasi yang memenuhi lereng mengalami longsoran adalah pada kondisi: (1) bidang gelincir non-circular dengan kriteria airtanah jenuh dan penambahan beban alat angkut tambang serta kombinasi keduanya ditambahkan dengan beban seismik. (2) bidang gelincir circular dengan kriteria airtanah jenuh dan penambahan beban alat angkut tambang dan beban seismik. Adapun upaya stabilisasi lereng yang disarankan adalah dengan melakukan perubahan desain lokasi timbunan menjadi lebih landai dengan rekomendasi geometri lereng menjadi tinggi lereng 37 m dengan sudut keseluruhan sebesar 8° dari tinggi lereng sebelumnya yaitu 42 m dengan sudut keseluruhan sebesar 10°.