digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Obat antiinflamasi non steroid (NSAID), seperti asam mefenamat, bekerja dengan menghambat pembentukan mediator peradangan, yaitu prostaglandin. Sebaliknya, akupunktur analgetika dapat meningkatkan ambang nyeri dengan cara meningkatkan pembentukan mediator peradangan secara lokal, diikuti oleh peningkatan sekresi endorfin. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas NSAID, akupunktur, dan kombinasinya terhadap perbaikan nyeri radang. Penelitian diawali dengan pengambilan data berupa angket berisi skor Visual Analogue Rating Scale (VAS) untuk mengkaji efektivitas NSAID dan akupunktur GI pada pasien dengan keluhan nyeri radang yang semula menggunakan NSAID kemudian beralih ke akupunktur GI. Hasil kajian klinis ini kemudian dilanjutkan dengan desain penelitian eksperimental untuk melihat efektivitas pemberian asam mefenamat terhadap terapi akupunkt+pada 24 ekor tikus Wistar jantan yang diinduksi karagenan secara intraplantar. Hewan uji dibagi ke dalam enam kelompok yaitu kelompok kontrol sakit, kelompok asam mefenamat, kelompok akupunktur sebelum induksi, kelompok akupunktur sesudah induksi, kelompok kombinasi asam mefenamatakupunktur sebelum induksi, dan kelompok kombinasi asam mefenamat-akupunktur sesudah induksi. Data yang diukur dalam penelitian ini ada[ah volume radang dengan pletismometer dan ambang nyeri tekan dengan dolorimeter. Penilaian inflamasi dan nyeri dilakukan setiap 60 menit selama enam jam setelah induksi karagenan. Hasil pengolahan data angket pada pasien menunjukkan rataan penurunan skor VAS akupunktur GI yang lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan NSAID (3,20±0,7 vs 2,43±0,998) dibuktikan dengan nilai (p<0,05). Hasil penelitian pada hewan coba menunjukkan terjadi perbaikan nyeri radang, ditandai dengan penurunan volume radang atau peningkatan ambang nyeri secara bermakna antara semua kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol sakit (p<0,05) kecuali kelompok akupunktur setelah induksi. Penurunan volume radang kelompok akupunktult sebelum induksi lebih besar secara bermakna daripada kelompok asam mefenamat, namun peningkatan ambang nyeri kelompok asam mefenamat lebih besar secara bermakna daripada kelompok akupunktur sebelum induksi. Kombinasi asam mefenamat - akupunktur sebelum induksi (nilai inhibisi radang 40,24%; nilai inhibisi nyeri 8,95%) menunjukkan nilai yang lebih kecil secara bermakna (p<0,05) dalam menurunkan volume radang dan meningkatkan ambang nyeri tekan dibandingkan terapi tunggal asam mefenamat (nilai inhibisi 58,53%; nilai inhibisi nyeri 29,09%) dan terapi tunggal akupunktur sebelum induksi (nilai inhibisi 78,04%; nilai inhibisi nyeri 23,07%). Kesimpulan penelitian ini, terapi tunggal asam mefenamat dan akupunktur dapat memperbaiki nyeri radang, namun pemberian asam mefenamat menurunkan efektivitas akupunktur dalam mengatasi nyeri radang.