Jalur Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Thamrin-Monumen Nasional merupakan
Jalur terowongan yang dibangun dalam mewujudkan penyelesaian masalah
mobilitas yang tinggi dengan keterbatasannya ruang di atas permukaan ibukota.
Transportasi berbasis rel di terowongan juga memadukan kenyamanan dan
keamanan, dengan keunggulan resisten terhadap kerusakan akibat gempabumi.
Namun, terdapat kasus keruntuhan Terowongan Daikai akibat gempabumi.
Peristiwa tersebut diikuti oleh likuefaksi karena terjadi pada endapan berumur
Kuarter berupa pasir yang bersifat urai, lepas, dan belum terkonsolidasi. Oleh
karena itu, diperlukan analisis untuk menentukan potensi likuefaksi di Jalur MRT
Jakarta Thamrin-Monumen Nasional. Analisis potensi likuefaksi tersebut dilakukan
dengan metode uji penetrasi standar atau Standard Penetration Test (SPT). Analisis
yang dilakukan meliputi klasifikasi jenis tanah, perhitungan nilai faktor kemanan
likuefaksi (FSL), indeks potensi likuefaksi (LPI), probabilitas likuefaksi (PL),
indeks penyebaran lateral (LDI), dan nilai penurunan permukaan atau settlement.
Analisis dilakukan pada 18 titik bor di Jalur MRT Jakarta Thamrin – Monumen
Nasional dengan kedalaman bervariasi rentang 29,95 – 49,95 m. Terdapat 2 jenis
tanah yang dikelompokkan menjadi 8 berdasarkan nilai N-SPTnya, yaitu lempung
dan lanau sangat lunak hingga lunak (N-SPT <4), lempung dan lanau sangat lunak
hingga kaku sedang (N-SPT 1-9), lempung dan lanau kaku (N-SPT 10-19), dan
lempung dan lanau sangat kaku hingga keras (N-SPT 20 - 40) serta pasir sangat
lepas hingga lepas (N-SPT 1-9) , pasir padat sedang (N-SPT 10-19), pasir padat
sedang hingga pasir padat (N-SPT 20-40), dan pasir sangat padat ( N-SPT > 40).
Nilai FSL pada 18 titik bor dengan skenario gempa berkekuatan 7,5 dan 8,8 Mw
memperlihatkan hanya 11 titik bor yang berpotensi terjadi likuefaksi karena
memiliki faktor keamanan kurang dari 1.
Hasil perhitungan nilai LPI berdasasrkan 11 titik bor tersebut, Jalur MRT Thamrin
berada pada kategori rendah-sangat tinggi, sedangkan pada Jalur MRT Monumen
Nasional memiliki nilai LPI sangat rendah atau bernilai 0. Nilai PL pada Jalur MRT
Thamrin memiliki rentang 0 – 100%, sedangkan pada Jalur MRT Monumen
Nasional bernilai 0%. Nilai LDI dan penurunan permukaan terbesar dengan nilai
963,27 dan 34,39 cm berturut-turut berada pada Jalur MRT Thamrin. Rekayasa
geologi teknik berupa vibro compaction dan dewatering dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan kekuatan tanah terhadap potensi likuefaksi dengan memadatkan
tanah maupun mengurangi tekanan pori