digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jalur Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Thamrin-Monumen Nasional merupakan Jalur terowongan yang dibangun dalam mewujudkan penyelesaian masalah mobilitas yang tinggi dengan keterbatasannya ruang di atas permukaan ibukota. Transportasi berbasis rel di terowongan juga memadukan kenyamanan dan keamanan, dengan keunggulan resisten terhadap kerusakan akibat gempabumi. Namun, terdapat kasus keruntuhan Terowongan Daikai akibat gempabumi. Peristiwa tersebut diikuti oleh likuefaksi karena terjadi pada endapan berumur Kuarter berupa pasir yang bersifat urai, lepas, dan belum terkonsolidasi. Oleh karena itu, diperlukan analisis untuk menentukan potensi likuefaksi di Jalur MRT Jakarta Thamrin-Monumen Nasional. Analisis potensi likuefaksi tersebut dilakukan dengan metode uji penetrasi standar atau Standard Penetration Test (SPT). Analisis yang dilakukan meliputi klasifikasi jenis tanah, perhitungan nilai faktor kemanan likuefaksi (FSL), indeks potensi likuefaksi (LPI), probabilitas likuefaksi (PL), indeks penyebaran lateral (LDI), dan nilai penurunan permukaan atau settlement. Analisis dilakukan pada 18 titik bor di Jalur MRT Jakarta Thamrin – Monumen Nasional dengan kedalaman bervariasi rentang 29,95 – 49,95 m. Terdapat 2 jenis tanah yang dikelompokkan menjadi 8 berdasarkan nilai N-SPTnya, yaitu lempung dan lanau sangat lunak hingga lunak (N-SPT <4), lempung dan lanau sangat lunak hingga kaku sedang (N-SPT 1-9), lempung dan lanau kaku (N-SPT 10-19), dan lempung dan lanau sangat kaku hingga keras (N-SPT 20 - 40) serta pasir sangat lepas hingga lepas (N-SPT 1-9) , pasir padat sedang (N-SPT 10-19), pasir padat sedang hingga pasir padat (N-SPT 20-40), dan pasir sangat padat ( N-SPT > 40). Nilai FSL pada 18 titik bor dengan skenario gempa berkekuatan 7,5 dan 8,8 Mw memperlihatkan hanya 11 titik bor yang berpotensi terjadi likuefaksi karena memiliki faktor keamanan kurang dari 1. Hasil perhitungan nilai LPI berdasasrkan 11 titik bor tersebut, Jalur MRT Thamrin berada pada kategori rendah-sangat tinggi, sedangkan pada Jalur MRT Monumen Nasional memiliki nilai LPI sangat rendah atau bernilai 0. Nilai PL pada Jalur MRT Thamrin memiliki rentang 0 – 100%, sedangkan pada Jalur MRT Monumen Nasional bernilai 0%. Nilai LDI dan penurunan permukaan terbesar dengan nilai 963,27 dan 34,39 cm berturut-turut berada pada Jalur MRT Thamrin. Rekayasa geologi teknik berupa vibro compaction dan dewatering dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kekuatan tanah terhadap potensi likuefaksi dengan memadatkan tanah maupun mengurangi tekanan pori