digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Omar Syarief
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Penelitian ini bertujuan untuk menguji komposisi unsur yang menjadi indikator kesuburan magma dalam eksplorasi mineral, memahami hubungan antara karakteristik kesuburan magma dan keberadaan sistem mineralisasi porfiri, serta mengembangkan model konseptual sebagai panduan dalam menentukan faktor-faktor geokimia dan geotektonik yang berperan dalam pembentukan endapan mineral yang berpotensi memiliki nilai ekonomi. Secara khusus, penelitian ini mengeksplorasi kesuburan magma dan dampaknya pada pembentukan endapan mineral dalam sistem hidrotermal porfiri di Prospek Candrian, Banyuwangi, Jawa Timur. Wilayah ini, yang berada di busur magmatik Sunda-Banda, memiliki potensi besar untuk tembaga dan emas, terutama dalam bentuk endapan porfiri. Fokus utama penelitian adalah mengidentifikasi unsur geokimia kunci untuk menilai kesuburan magma dan mengkaji potensi mineralisasi di wilayah tersebut. Pendekatan geokimia yang diadopsi dalam penelitian ini berbasis pada analisis unsur tak bergerak (immobile elements), yang memberikan informasi tentang komposisi dan proses magmatik. Beberapa indikator kesuburan magma, seperti rasio V/Sc, Sr/Y, dan Nb/Ta, digunakan sebagai parameter penting dalam menilai fraksionasi mineral. Data kandungan unsur didapatkan dengan menggunakan metode analisis Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) yang diaplikasikan pada conto batuan yang diambil dari lokasi prospek Candrian. Setelah pengambilan data, validasi dilakukan melalui analisis statistik guna memastikan akurasi dan presisi hasil, dengan mengecek korelasi alami antar unsur seperti Hf/Zr dan Nb/Ta serta memanfaatkan indeks alterasi untuk seleksi dan pemilahan lebih lanjut. Selain analisis komposisi magma, aspek tektonik regional juga dipertimbangkan sebagai faktor yang memengaruhi evolusi magma di wilayah ini. Subduksi lempeng Indo-Australia di bawah Eurasia di sepanjang busur Sunda-Banda menciptakan kondisi tektonik yang kondusif bagi pembentukan endapan porfiri. Geometri subduksi yang kompleks memungkinkan terjadinya dehidrasi lempeng tersubduksi dan pencampuran material volatil ke dalam mantel. Hal ini meningkatkan kesuburan magma dengan memperkaya unsur-unsur yang mendukung mineralisasi, seperti Cu dan Au. Di samping itu, magma dengan sifat kalk-alkalin yang kaya oksigen dan air memperlihatkan kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk endapan mineral berpotensi ekonomis, menjadikan wilayah penelitian ini relevan untuk eksplorasi lebih lanjut. Penelitian ini juga mengidentifikasi peran fraksionasi mineral opak, seperti magnetit dan ilmenit, dalam evolusi magma. Kristalisasi magnetit dalam magma yang teroksidasi tinggi menyebabkan penurunan kandungan vanadium (V) relatif terhadap scandium (Sc), yang memengaruhi rasio V/Sc dan menjadikannya indikator kesuburan magma. Rasio yang lebih tinggi menunjukkan kristalisasi awal dari hornblende, yang umumnya mendukung pembentukan mineralisasi tembaga porfiri yang kaya logam. Pemetaan geokimia pada daerah prospek juga menunjukkan adanya fraksionasi pada tekanan tinggi, yang diperkuat dengan kandungan Sr yang tinggi dan Y yang rendah, mengindikasikan fraksionasi garnet dan hornblende yang mendukung pembentukan mineralisasi. Alterasi hidrotermal yang teridentifikasi di wilayah penelitian meliputi tipe-tipe alterasi seperti potasik, filik, skarn, serta alterasi argilik dan propilitik yang lebih luas persebarannya. Kehadiran mineral seperti K-feldspar dan biotit dalam zona alterasi potasik menunjukkan kondisi temperatur dan tekanan tinggi, yang mendukung pembentukan sistem mineralisasi Cu-Au porfiri. Zonasi alterasi ini berperan sebagai indikator dalam kegiatan eksplorasi awal untuk mengidentifikasi area dengan potensi mineralisasi ekonomis yang tinggi, khususnya di wilayah Candrian. Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan pentingnya analisis geokimia berbasis unsur tak bergerak untuk menilai kesuburan magma serta relevansi faktor tektonik dalam menentukan potensi mineralisasi pada endapan porfiri. Penelitian ini berhasil menyusun model konseptual yang menghubungkan kesuburan magma dengan potensi mineralisasi, yang menyediakan panduan eksplorasi yang lebih terarah. Penggunaan parameter geokimia, seperti rasio V/Sc, Sr/Y, dan Nb/Ta, sebagai indikator kesuburan magma, berpotensi meningkatkan efektivitas eksplorasi, mengurangi biaya, serta menurunkan risiko kegagalan dalam kegiatan eksplorasi. Secara keseluruhan, penelitian ini berkontribusi pada pengembangan metode eksplorasi mineral yang lebih efisien, yang tidak hanya dapat diterapkan di wilayah Distrik Tujuh Bukit, tetapi juga di daerah lain dengan kondisi geotektonik dan hidrotermal yang serupa. Model konseptual yang dihasilkan diharapkan menjadi referensi penting bagi penelitian lebih lanjut dan eksplorasi endapan mineral porfiri serta sistem hidrotermal lainnya dengan potensi mineralisasi ekonomis.