digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Investigasi gelogi teknik dilakukan pada terowongan pembangkit listrik yang merupakan bagian dari pembangunan Bendungan Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Konstruksi terowongan menembus dua satuan batuan, yaitu Anggota Bawah dari Formasi Halang dan Hasil Gunungapi Tua Tak Teruraikan dengan struktur geologi utama berupa antiklin. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan klasifikasi massa batuan oleh Central Research Institute of Electric Power Industry (CRIEPI) yang berasal dari negara Jepang dan untuk menganalisis hubungan antara klasifikasi massa batuan dengan rencana penyanggaan terowongan. Tahapan penelitian terdiri dari tahap investigasi dan konstruksi. Kegiatan pada tahap investigasi terdiri dari pengumpulan data bor dengan total kedalaman 150 m dan pengujian laboratorium 10 conto batuan inti. Berdasarkan hasil pengeboran diperoleh nilai RQD untuk breksi volkanik berkisar antara 60 – 82,5 % dan batulempung berkisar antara 62,5 – 85 %. Hasil uji laboratorium menunjukkan nilai UCS dari breksi volkanik berkisar antara 69,1 kgf/cm2 – 127,2 kgf/cm2 dan batulempung berkisar antara 36,9 kgf/cm2 – 108,9 kgf/cm2. Kegiatan pada tahap konstruksi adalah pengambilan data muka terowongan (wall face) sebanyak 57 data. Hasil klasifikasi massa batuan pada tahap investigasi membagi terowongan menjadi tiga kelas massa batuan, yaitu CM (0 – 21,5 m), CH (21,5 – 54 m), dan CL (54 – 102 m), sedangkan hasil klasifikasi massa batuan pada tahap konstruksi menunjukkan rentang kelas yang sama dengan sebaran data yang berbeda. Hasil klasifikasi massa batuan antara tahap investigasi dan konstruksi dibandingkan untuk melihat seberapa baik akurasi prakiraan klasifikasi massa batuan pada tahap investigasi. Berdasarkan perbandingan tersebut didapatkan hasil akurasi untuk kelas CM (20,11 %), CH (47,05 %), dan CL (59,26 %). Berdasarkan hasil klasifikasi massa batuan pada tahap investigasi dibuat usulan penyangga pada terowongan pembangkit listrik Jatigede. Sistem penyangga yang diusulkan adalah beton tembak (shotcrete) dan baut batuan (rockbolt). Usulan tersebut diuji dengan memakai metode analisis elemen hingga (finite element) pada tiap-tiap kelas massa batuan dengan dua skenario, kondisi terowongan sebelum dan setelah menggunakan penyangga. Kestabilan terowongan diuji berdasarkan parameter tegangan utama, faktor keamanan, dan perpindahan horizontal dan vertikal. Hasil yang didapatkan untuk kelas CH dan CM adalah terowongan cukup stabil setelah memakai penyangga, sedangkan kelas CL berada dalam kondisi kurang stabil setelah memakai penyangga.