Abstrak Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Cover Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB I Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB II Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB III Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi BAB IV Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi Daftar Pustaka Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi LAMPIRAN Pebri Maryanti 22010004.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Gas serpih merupakan gas alam yang terperangkap dalam batuan sedimen berbutir
halus (formasi serpih) yang berpotensi sebagai batuan induk dalam industri
minyak dan gas. Seiring dengan perkembangan teknologi, gas didalam serpih
yang sebelumnya tidak diproduksi, saat ini berpotensi untuk diproduksi dalam
jumlah yang besar. Area ADS yang berada di Cekungan Sumatra Selatan
mempunyai batuan induk yang sudah terbukti sebagai penghasil hidrokarbon.
Akan tetapi, potensi serpih sebagai penghasil gas dalam sistem shale play masih
belum diketahui.
Evaluasi potensi gas serpih dilakukan pada interval Formasi Talangakar dan
Formasi Lemat. Evaluasi diawali dengan melakukan analisis lingkungan
pengendapan. Metode yang diterapkan dalam melakukan analisis lingkungan
pengendapan adalah melakukan tinjauan ulang terhadap laporan biostratigrafi,
tinjauan ulang terhadap deskripsi batuan inti dan teras samping, tinjauan ulang
terhadap analisis geokimia batuan induk, dan melakukan interpretasi elektrofasies.
Dari hasil analisis tersebut maka diinterpretasi bahwa daerah penelitian berada
pada daerah estuarin – laut dangkal.
Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis sumur berupa interpretasi petrofisika
dan analisis geokimia. Interpretasi petrofisika yang dilakukan meliputi
perhitungan volume serpih, perhitungan porositas total batuan, perhitungan nilai
TOC, dan perhitungan indeks kegetasan batuan. Sedangkan analisis geokimia
yang dilakukan adalah tinjauan ulang terhadap hasil analisis laboratorium untuk
mengetahui tingkat kekayaan dan kematangan batuan. Perhitungan nilai TOC dari
data log dilakukan dengan menerapkan metode Passey dengan menggunakan data
log porositas dan log resistivitas. Penerapan metode Passey dilakukan untuk
mengetahui nilai TOC secara menerus dalam suatu sumur dengan atau tanpa
analisis TOC dari laboratorium. Hasil perhitungan TOC dari data log kemudian
dikalibrasi dengan nilai TOC yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium
geokimia. Analisis kegetasan batuan dilakukan berdasarkan kehadiran mineral
lempung dan mineral kuarsa dalam batuan. Tingkat kegetasan batuan ini nantinya
akan berkaitan dengan fracturing dan produksi hidrokarbon.
Hasil analisis petrofisika yang dilakukan pada setiap sumur kemudian disebarkan
keseluruh daerah penelitian dengan menggunakan metode geostatistik pada data
seismik. Dengan bantuan data seismik dan seismik atribut, dilakukan pemodelan
terhadap penyebaran volume serpih, penyebaran kekayaan batuan, tingkat
kematangan, dan penyebaran tingkat kegetasan batuan. Dari masing-masing peta
tersebut diterapkan nilai cutoff untuk membatasi daerah yang berpotensi sebagai
penghasil gas serpih. Peta yang telah di cutoff kemudian ditampalkan satu dengan
yang lain. Cutoff untuk masing-masing parameter yang digunakan yaitu volume
serpih Vsh > 0.35, tingkat kekayaan TOC > 1, tingkat kematangan Ro > 0.9 dan
tingkat kegetasan batuan BI > 0.5. Dari hasil penampalan dan cutoff masingmasing parameter diperoleh hasil bahwa serpih pada Formasi Lemat berpotensi
menjadi penghasil gas serpih pada energi non-konventional. Potensi ini berada
pada interval serpih di zona 4 (top batuan dasar - FS1) pada kedalaman 7501.34
feet – 10059 feet.