digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pulau Muna dan Buton, terletak antara garis lintang 3° 55' 00" LS - 5° 30' 00" LS, dan 122° 15' 00" BT - 123° 25' 00" BT. Sejarah stratigrafi pada Pulau Buton dan Sulawesi Tenggara dapat dibandingkan dengan wilayah Paparan Laut Australia bagian barat laut. Secara umum, stratigrafi di sekitar Kepulauan Muna dan Buton dapat dibagi menjadi sekuen Pra-Kenozoikum dan Kenozoikum, dimana berhubungan dengan sedimentasi pra-collision dan sedimentasi pasca-collision. Secara umum, terdapat tiga tahapan proses geologi yang diidentifikasi, yaitu PraPemisahan, Pemisahan-Apungan Benua, dan Pasca Kolisi. Pada tahap PraPemisahan terdiri dari tiga unit tektonostratigrafi, yaitu unit Pre-Rift berumur Perm (Formasi Doole), unit Syn-Rift berumur Trias Awal (Formasi Winto dan Meluhu), Post-Rift berumur Trias Akhir-Jura Awal. Selanjutnya pada Tahap Apungan Benua diidentifikasi sebagai unit Post-Rift berumur Kapur - Miosen Tengah (Formasi Tobelo). Dua unit tektonostratigrafi diidentifikasi pada tahap Pasca-Kolisi yaitu Syn-Orogenic (Formasi Tondo dan Sampolakosa) dan Recent Uplift (Formasi Wapulaka). Daerah peneltian termasuk kedalam interaksi antar mikrokontinen yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Sejarah geologi Buton dan Muna dimulai sejak Perm. Kondisi tektonik pada Perm - Kapur Awal yang berkembang adalah ekstensional. Deformasi ekstensional terdiri dari proses rifting dan pembentukan sesar normal yang menyebabkan subsidence. Pecahnya mikrokontinen ini berhenti pada Kapur Akhir dan Australia bergerak ke utara menuju Sundaland. Kolisi pertama terjadi antara Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Barat/ Sudaland.Sesar sorong yang terbentuk pada Miosen Awal mengontrol pergerakan dari lempeng Tukang Besi dan Buton. Kolisi antara Buton dan Sulawesi Tenggara/ Muna terjadi pada Miosen Tengah, dan kolisi berikutnya terjadi antara mikrokontinen Buton dan Tukang Besi.