Madu banyak dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia. Keamanan dari produk tersebut harus terjamin dengan tidak adanya tambahan zat aditif sena kandungan residu antibiotik seperti kloramfenikol. Metode untuk menetapkan residu kloramfenikol dalam madu telah berhasil dikembangkan dan divalidasi. Metode tersebut menggunakan teknik solid phase extraction (SPE) dengan cartridge C18, baku internal kafein dan pengelusi etanol, di mana sebelumnya blanko dan sampel dilarutkan terlebih dahulu c@lam air. Analit diencerkan menggunakan etanol 10 %, kemudian diuji menggunakan KCKT pada panjang gelombang 275 nm dengan volume penyuntikan 100 PL. Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol-air (22,5:77,5) dengan laju alir 1,1 mL/menit. Kolom yang digunakan adalah Bondapak C 18 IO gm (3,9 x 300 mm). Rentang linear dari metode yang dikembangkan adalah pada konsentrasi 0,04 pg/mL sampai 0,28 pg/mL. Persamaan regresi linear adalah y 4,91 IX— 0,012, koefisien korelasi (r) sebesar 0,9998 dan nilai koefisien variasi regresi linear sebesar 0,94 %. Nilai batas deteksi dan batas kuantitasi masing-masing sebesar 4,20 ng/mL dan 12,73 ng/mL. Simpangan baku relatifdari presisi sebesar 0,97 % dengan nilai Horrat 0,09. Presisi antar hari dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai simpangan baku relatif 0,95 % dan nilai Horrat 0,09. Perolehan kembali sampel madu menggunakan teknik spiked placebo recovery method sebesar 96,02—102,03 %. Metode yang dikernbangkan spesifik untuk kloramfenikol dan memiliki daya pemisahan yang baik (R > 1,5). Berdasarkan hasil tersebut, metode ini valid, spesifik dan handal. Dalam aplikasinya, analisa dilakukan terhadap beberapa sampel madu yang diperoleh dari pasaran dengan hasil tidak satu pun terdeteksi adanya kandungan kloramfenikol.