Di Indonesia terdapat banyak penyedia uang elektronik. Namun, mayoritas penyedia uang
elektronik ini menggunakan arsitektur tersentralisasi. Arsitektur tersentralisasi yang digunakan
memunculkan sebuah masalah, yakni single point of failure. Untuk mengatasinya, akan
dirancang sebuah sistem uang elektronik terdesentralisasi menggunakan blockchain. Dengan
menggunakan arsitektur blockchain, sebuah sistem uang elektronik dapat dijalankan oleh lebih
dari satu entitas. Setiap entitas menjalankan satu atau lebih node untuk meningkatkan stabilitas
sistem. Teknologi blockchain yang dipilih untuk mengembangkan sistem adalah Stellar dan
Hyperledger. Blockchain Stellar sangat cepat dalam memproses transaksi, sedangkan
blockchain Hyperledger efisien dalam menyimpan informasi seperti data pengguna, maka dari
itu kedua blockchain ini digunakan bersama untuk membuat sistem yang lebih baik. Informasi
pengguna yang tersimpan pada blockchain Hyperledger dienkripsi sehingga tidak ada entitas
yang dapat menyalahgunakan. Sistem uang elektronik yang dikembangkan mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fungsional yakni transfer antar sesama pengguna, top-up saldo, cek
saldo, registrasi, pembayaran ke situs e-commerce, pembaharuan data pengguna, dan mengatur
perizinan pembacaan data pengguna. Sistem juga memenuhi kebutuhan non fungsional yakni
availability, yakni sistem tetap stabil walaupun sebuah node mati; response time dengan nilai
response maksimal sebesar 6 detik; portability yang terpenuhi dengan sistem dibangun di atas
kontainer, dan security. Untuk security sistem diuji terhadap ancaman-ancaman yang pada
sistem uang elektronik, sistem mampu menangani 7 dari 9 ancaman dengan menerapkan
beberapa asumsi.