digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Likuiditas merupakan hal penting yang harus dijaga oleh bank karena likuiditas yang terlalu tinggi menyatakan bahwa bank tidak dapat menggunakan aktiva yang dimilikinya secara optimal untuk menghasilkan pendapatan sementara likuiditas yang terlalu rendah akan meningkatkan kemungkinan akan bangkrutnya bank. Berkaca pada pengalaman akan krisis global yang terjadi pada 2008, jumlah likuiditas yang mumpuni memang penting untuk menghindari bank dari kebangkrutan. Nilai optimal dari likuiditas bank telah dinyatakan dalam Dokumen Basel III yang dihitung menggunakan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebagai perbandingan antara High Quality Liquid Asset (HQLA) dan Net Cash Outflow. HQLA mencakup seluruh aktiva yang dapat dikonversikan dengan segera dan mudah menjadi uang kas tanpa atau dengan sedikit penguranan pada nilainya sedangkan Net Cash Outflow terdiri dari kewajiban jangka pendek yang berlaku dalam 30 hari kalender. Karya penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari variabel khusus bank dan faktor ekonomi makro terhadap LCR dari 19 bank komersial di Indonesia pada periode 2008-2014 dengan lebih lanjut memberi rekomendasi bagi bank untuk mencapai nilai minimum LCR yang dinyatakan dalam Dokumen Basel III. Terlebih di Indonesia, bank belum mencapai nilai minimal LCR. Variabel khusus bank meliputi ukuran bank, aktiva produktif dengan kualitas lancar, aktiva produktif dengan kualitas dalam perhatian khusus, aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, aktiva produktif dengan kualitas diragukan, dan aktiva produktif dengan kualitas macet sementara variabel ekonomi makro meliputi laju inflasi dan nilai tukar rupiah. Data akan dikumpulkan dari informasi keuangan 19 bank komersial di Indonesia yang terbatas hanya bank-bank dengan modal inti lebih dari 5 triliun rupiah. Data tersebut akan diproses dengan menggunakan regresi data panel melalui Perangkat Lunak EViews untuk meneliti efek dari variabel-variabel tersebut terhadap LCR. Sebagai hasilnya, variabel ukuran bank, aktiva produktif dengan kualitas dalam perhatian khusus, aktiva produktif dengan kualitas macet, dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap nilai LCR sedangkan laju inflasi dan aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar memiliki efek signifikan positif terhadap LCR. Aktiva produktif dengan kualitas lancar dan aktiva produktif dengan kualitas diragukan memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap jumlah LCR. Sebagai rekomendasi, jumlah LCR dari bank-bank di Indonesia sebaiknya ditingkatkan untuk mencapai jumlah minimum dari LCR pada 1 januari 2019, yaitu 100%. Merupakan hal yang baik jika bank memiliki jumlah aktiva yang tinggi dalam bentuk aktiva produktif untukmenghasilkan pendapatan yang lebih besar. Namun, pada batas tertentu, jumlah asset yang terlalu besar dapat memberikan kerugian bagi bank, terutama apabila aktiva tersebut secara umum terdiri dari aktiva non produktif. Oleh karena itu, bank sebaiknya berhati-hati terhadap komposisi dari seluruh jumlah aktivanya. Sebagai tambahan, bank sebaiknya membeli surat berharga dengan rating yang bagus (AAA) untuk mengurangi resiko. Bank sebaiknya mempertahankan aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet dalam jumlah yang sangat kecil dan aktiva produktif dengan kualitas lancar dan dalam perhatian khusus pada jumlah yang lebih tinggi dengan cara menilai secara cermat seluruh calon debitur melalui prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Condition of Economy, and Collateral). Laju inflasi yang tinggi menjadi petanda bagi kepengurusan bank untuk lebih ketat dalam proses menyalurkan pinjaman untuk mencegah jumlah NPL (Non Performing Loan) yang tinggi. Mengenai laju nilai tukar rupiah, bank sebaiknya meneliti secara mendalam dan membedakan debitur (eksportir atau importer) karena penurunan laju nilai tukar rupiah akan menyebabkan eksportir meraup banyak keuntungan sehingga jika debitur didominasi oleh eksportir, jumlah NPL akan menurun. Tetapi, apabila debitur terdiri dari banyak importer ataupun bila produsen local memakai banyak bahan impor untuk menghasilkan barang dan jasa, jumlah NPL akan meningkat. Oleh karena itu, bank sebaiknya meneliti secara mendalam dan bersama-sama tentang perubahan laju nilai tukar rupiah dan jenis debitur (eksportir atau importer).