digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah Cipatujah dan Karangnunggal terletak pada daerah selatan Kabupaten Tasikmalaya. Secara fisiografi, daerah penelitian pada Kala akhir Oligosen hingga Miosen Akhir merupakan bagian dari perkembangan Cekungan Belakang Busur dari Cekungan Bogor. Daerah penelitian memiliki kondisi geologi yang terdiri dari Formasi Jampang yang terdiri dari batuan vulkanik berumur akhir Oligosen – Miosen Awal, Formasi Kalipucang dan Formasi Pamutuan yang terdiri dari batuan sedimen berumur Miosen Tengah, dan Formasi Bentang yang terdiri dari batuan sedimen berumur Miosen Akhir. Formasi Jampang merupakan batuan vulkanik yang sebagiannya terendapkan pada lingkungan laut. Formasi ini terbentuk pada bagian zona subduksi busur vulkanik dari cekungan belakang busur dari Proto Cekungan Bogor sehingga memungkinkan terjadinya proses alterasi dan mineralisasi yang berlangsung pada lingkungan laut. Hal ini diperkuat dari penemuan JICA tahun 1996 yang melaporkan adanya produk alterasi dan mineralisasi seperti gipsum, barit, dan serisit yang terdapat pada batuan vulkanik Jampang di daerah selatan Tasikmalaya, sehingga dilakukanlah penelitian lanjutan. Penelitian ini merupakan hasil dari pemetaan permukaan dengan analisis sampel berupa analisis petrografi, mineragrafi dan difraksi sinar X (XRD). Hasil pemetaan lapangan mengungkapkan bahwa pada Formasi Jampang terdiri dari satuan lava, satuan tuf, dan satuan breksi vulkanik. Formasi Kalipucang terdiri atas batupasir gampingan, Formasi Pamutuan terdiri atas batugamping pasiran, dan Formasi Bentang terdiri dari satuan Batupasir tufan dan batupasir gampingan. Produk alterasi dan mineralisasi pada daerah Cipatujah dan Karangnunggal ditemukan pada litologi lava, tuf, dan breksi vulkanik dari Formasi Jampang. Hasil dari pemetaan lapangan tersebut kemudian dikelompokan melalui asosiasi batuan, alterasi, dan mineralisasinya, yang kemudian dilakukan analisis petrografi, mineragrafi, dan difraksi sinar X (XRD). Dari hasil analisis dan pemetaan, ditemukan 2 area yang memiliki karakteristik alterasi dan mineralisasi secara signifikan yaitu Area Jodang dan Area Cikapinis. Alterasi area Jodang dibagi kedalam zonasi Silisifikasi dan zonasi sub-propilitik yang terdiri dari asosiasi alterasi Kuarsa +Ilite ±Klorit ±Kaolin ±Zeolit ±Serisit. Mineralisasi area Jodang berupa Azurit, Malakit, Pirit, Kalkopirit, Gipsum, Anhidrit, Barit, dan Jasper. Zonasi alterasi dan mineralisasi berderajat rendah ini diinterpretasi merupakan bagian dari sistem epitermal bawah laut yang didekatkan kepada sistem sulfida masif vulkanik bawah laut fasies distal. Kehadiran alterasi dan mineralisasi pada Area Jodang terdapat secara diseminasi dan sebagai pengisi rekahan pada litologi tuf dan breksi vulkanik Formasi Jampang. Sedangkan Alterasi area Cikapinis dibagi kedalam zonasi Silisifikasi dan Zonasi Filik dengan asosiasi alterasi Kuarsa +Pirofilit ±Serisit ±Kristobalit. Mineralisasi yang ditemukan di area Cikapinis berupa pirit, kalkopirit, sfalerit, dan markasit. Zonasi alterasi dan mineralisasi area ini merupakan himpunan asosiasi mineral alterasi derajat menengah yang diperkirakan merupakan bagian dari sistem hidrotermal porfiri bawah laut yang didekatkan kepada sistem sulfida masif vulkanik fasies medial. Kehadiran alterasi dan mineralisasi pada Area Cikapinis terdiseminasi dan juga mengisi rekahan pada litologi tuf dan breksi vulkanik Formasi Jampang. Mineralisasi daerah penelitian umumnya terdapat pada zonasi sub propilitik dan filik dengan kontrol struktur dan litologi. Petrogenesis dan paragenesa daerah penelitian secara simplifikasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu: (1) Pembentukan Cekungan Bogor dan aktivasi vulkanisme pada akhir Oligosen (2) Pembentukan Formasi Jampang dan bijih sulfida masif pada Kala Miosen Awal (3) Pengendapan sedimen Formasi Pamutuan dan Formasi Kalipucang, serta intrusi granodiorit pada Kala Miosen Tengah (4) Pengendapan sedimen Formasi Bentang pada Miosen Akhir.