digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Hapsnah Betari Andhika
Terbatas  Asep Kusmana
» Gedung UPT Perpustakaan

Minimnya akses air minum perpipaan di Kota Semarang mengakibatkan ketergantungan masyarakat terhadap air tanah atau mata air sehingga berpotensi untuk mempercepat penurunan muka tanah secara ekstrem. Dalam upaya meningkatkan akses air bersih perpipaan di Kota Semarang yang saat ini masih mencapai pelayanan 60%, maka Pemerintah Kota Semarang membangun IPA Pudak Payung untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kelurahan Pudak Payung dan Kelurahan Gedawang. Potensi penambahan jumlah produksi air tersebut perlu diimbangi dengan penurunan tingkat kehilangan air yang saat ini sebesar 47,58%. Untuk itu, maka diperlukan perancangan jaringan distribusi air sebagai pemenuhan target RPJMN sebesar 100% pada tahun 2038 yaitu sebanyak 14.440 serta pembentukan sistem terisolasi atau DMA (District Metered Area) untuk menekan tingkat kehilangan air di Kota Semarang menjadi 20%. Dalam mencapai tujuan tersebut maka digunakan metode analisis kuantitatif, yaitu pendekatan yang dalam proses pengambilan data, observasi lapangan, analisis data, dan pemodelan dilakukan dengan kepastian data, perhitungan, dan numerik. Perancangan jalur distribusi yang direncanakan harus memenuhi beberapa kriteria teknis maupun non teknis seperti sisa tekan, kecepatan, dan kualitas air, sehingga diperoleh hasil jaringan distribusi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan maksimum area pelayanan pada tahun 2038 sebesar 219,47L/s yang terbagi kedalam 6 DMA. Dari hasil pemilihan alternatif dengan metode SAW (Simple Additive Weighting), melalui berbagai parameter baik teknis maupun non-teknis maka alternatif jalur 3 terpilih sebagai jalur distribusi terbaik. Selain itu, berdasarkan aspek finansial dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (BCR) maka perancangan jaringan distribusi dan pembentukan DMA IPA Pudak Payung ini telah layak secara ekonom