Tambang Bawah Tanah Big Gossan menggunakan metode penambangan
Transverse Sub Level Open Stope (SLOS) dengan Cemented Paste Fill (CPF).
Tambang ini terdiri dari 23 level produksi antara ketinggian antara 2510 hingga
3180 m dpl dengan permukaan berada pada ketinggian 3500 m dpl. Urutan
penambangannya dari bawah ke atas dan dimensi lombong sekitar tinggi 40m,
lebar 15m, dan panjang 50m. Lombong dikembangkan di Skarn dan Peringkat
Massa Batuan (RMR76) pada umumnya very good berkisar antara 70 - 80 dengan
beberapa kali muncul struktur. Industri pertambangan menggunakan metode
Mathews Stability Graph (MSG) sebagai alat untuk menilai kestabilan stope secara
empiris sebelum penambangan dilakukan. Hal ini berguna mengetahui kestabilan
stope dengan menilai karakteristik massa batuan terhadap radius hidrolik batuan.
Sistem pemantauan (CMS) adalah metode yang digunakan untuk menentukan
profil stope aktual setelah tahap produksi selesai dilakukan. Hasil monitoring
tersebut digunakan untuk mengetahui dilusi serta kehilangan bijih selama tahap
produksi berlangsung dengan membandingkan profil aktual dan desain stope.
Perbedaan antara dimensi desain dan aktual stope disajikan sebagai volume
overbreak atau underbreak sesuai dengan profil yang diukur. Hasil penelitian ini
menunjukkan sebagian besar kondisi stoping “stable”, 98 % seluruh stope yang
dievaluasi tanpa adanya overbreak. Evaluasi lebih lanjut menunjukkan bahwa
sebagian besar overbreak berkaitan dengan faktor operasional (drill and blast) dan
faktor geologi. Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan bahwa penggunaan
Mathews stability graph dalam mendesain kestabilan stope masih sesuai dan
sedikit konservatif. Jika peningkatan kontrol terhadap pengeboran dan ledakan
pada stope dilakukan, PTFI mempunyai peluang untuk optimisasi ukuran stope
dan mempertahankan lingkungan penambangan yang stabil serta aman di tambang
Big Gossan PT. Freeport Indonesia.